Selasa, 09 Juli 2013

SEJARAH INTELEKTUAL

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Berbagai masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, terorisme dan lain sebagainya. Menimbulkan suatu ataupun banyak permasalahan. Salah satunya adalah rendahnya rasa Nasionalisme Bangsa Indonesia. Memang itu tidak bisa dipungkiri, karena masyarakat lebih memilih untuk kelangsungan hidupnya dari pada memikirkan hal-hal seperti itu yang dianggapnya tidak penting. Padahal rasa nasionalisme itu sangat penting sekali bagi bangsa Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang maju, bangsa yang modern , bangsa yang aman dan damai, adil dan sejahtera.

Itu berbanding terbalik dengan situasi yang terjadi pada sejarah bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda. Bangsa Indonesia mencapai puncak kejayaan rasa nasionalime pada masa tersebut. Dimana pejuang-pejuang terdahulu kita bersatu dari sabang sampai merauke untuk membebaskan diri dari tirani. Yang mana itu bisa terwujud jika adanya rasa nasionalisme yang tinggi di masyarakat Indonesia. Dan telah terbukti kita bisa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia dengan semangat juang yang tinggi. Tapi bagaiman dengan saat ini? Hal tersebut pun berpengaruh pada ketahanan nasional bangsa ini. Dapat kita lihat aksi bom-bom di Negara Indonesia ini seakan menjawab bahwa rendah sekali rasa nasionalisme kita hingga kita bisa-bisanya merusak bangsa dan Negara kita sendiri.

B. TUJUAN PENULISAN

Setiap penulisan mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang kami capai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Memperoleh gambaran tentang Nasionalisme dan Demokrasi yang ada di Indonesia
  2. Membahas tentang gagasan-gagasan Nasionalisme dan Demokrasi di Indonesia.
  3. Membahas tentang pengertian Nasionalisme dan Demikrasi di Indonesia
  4. Membahas tentang dampak terhadap perubahan-perubahan Sosial – Politik dalam Nasionalisme dan Demokrasi di Indonesia.
C. SISTEMATIKA PENULISAN

Berikut ini sistematika penulisan tentang makalah ini :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. GAGASAN TENTANG NASIONALISME
  1. Nasionalisme
  2. Macam-macam Nasionalisme
  3. Bentuk-bentuk Nasionalisme
  4. Wujud Gagasan Nasionalisme
B. GAGASAN TENTANG DEMOKRASI
  1. Demokrasi
  2. Bentuk – bentuk Demokrasi
  3. Prinsip – Prinsip Demokrasi
  4. Ciri – Ciri Demokrasi
  5. Karakteristik Demokrasi
C. PERUBAHAN-PERUBAHAN NASIONALISME DAN DEMOKRASI DALAM SOSOIAL – POLITIK

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran – saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN

A. GAGASAN TENTANG NASIONALISME 

1. Nasionalisme

Secara etimologi : Nasionalisme berasal dari kata “nasional” dan “isme” yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna : kesadaran dan semangat cinta tanah air; memiliki kebanggaan sebagai bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa; memiliki rasa solidaritas terhadap musibah dan kekurangberuntungan saudara setanah air, sebangsa dan senegara; persatuan dan kesatuan.

Menurut Ensiklopedi Indonesia : Nasionalisme adalah sikap politik dan sosial dari sekelompok bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan dengan meletakkan kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok bangsanya.

Nasionalisme dapat juga diartikan sebagai paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan negara (nation) dengan mewujudkan suatu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.

Bertolak dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diberikan kepada negara dan bangsanya, dengan maksud bahwa individu sebagai warga negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan dan tegaknya kedaulatan negara dan bangsa.

2. Macam-macam Nasionalisme

Ada 2 (dua) macam nasionalisme :
  1. Nasionalisme dalam arti sempit : paham kebangsaan yang berlebihan dengan memandang bangsa sendiri lebih tinggi (unggul) dari bangsa lain. Paham ini sering disebut dengan istilah “Chauvinisme”. Chauvinisme pernah dianut di Italia (masa Bennito Mussolini); Jepang (masa Tenno Haika) dan Jerman (masa Adolf Hitler).
  2. Nasionalisme dalam arti luas : paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airnnya dengan memandang bangsanya itu merupakan bagian dari bangsa lain di dunia. Nasionalisme arti luas mengandung prinsip-prinsip : kebersamaan; persatuan dan kesatuan; dan demokrasi (demokratis).
3. Bentuk-bentuk Nasionalisme
Beberapa bentuk nasionalisme adalah sebagai berikut :
  1. Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan (partisipasi) aktif rakyatnya.Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.
  2. Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah yang merupakan ekspresi dari sebuah bangsa atau ras.
  3. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun temurun seperti warna kulit, ras ataupun bahasa.
  4. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis.
4. Wujud Gagasan Nasionalisme 

a) Nasionalisme Pra-Kemerdekaan
  • Nilai Patriotisme
  • Rela berkorban
  • Strategi perjuangan
  • Kebersamaan dalam perjuangan
  • Motivasi dan makna perjuangan
  • Keyakinan dalam perjuangan
  • Nilai kemanusian dalam perjuangan
b) Nasionalisme Pasca-Kemerdekaan
  • Makna hakiki kemerdekaan
  • Merdeka bagi rakyat kecil
  • Kebebasan
  • Identitas kebangsaan
  • Perilaku kepemimpinan
  • Penegakan kebenaran
  • Menghilangkan penindasan
c) Nasionalisme Indonesia-Baru
  • Nasionalisme terbuka
  • Tujuan akhir perjuangan
  • Kecintaan pada kedamaian
  • Sejajar dengan bangsa lain
  • Sikap patriotisme baru
  • Penguasaan IPTEKS
  • Sikap dan semangat kemandirian
B. GAGASAN TENTANG DEMOKRASI

1. Demokrasi

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani "kekuasaan rakyat", yang dibentuk dari kata (dêmos) "rakyat" dan (Kratos) "kekuasaan", merujuk pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke 4 SM di negara kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM. Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan orang banyak (rakyat).

Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan Negara demokrasi yang berwatak anti - feodalisme dan anti - imperialisme, dengan tujuan membentuk masyarakat sosialis Bagi Gus Dur, landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti terbukanya peluang kepada semua orang dan berarti juga otonomi atau kemandirian dari orang yang bersangkutan untuk mengatur hidupnya, sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masalah keadilan menjadi penting, dalam arti setiap orang mempunyai hak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, tetapi hak tersebut harus dihormati dan diberikan peluang serta pertolongan untuk mencapai hal tersebut.

Demokrasi diakui banyak orang dan Negara sebagai sistem nilai kemanusian yang paling menjanjikan masa depan umat manusia di dunia. Meskipun demikian, penolakan terhadapnya juga tak sedikit jumlahnya.

Abraha Lincoln adalah presiden pertama Amerika Serikat yang pernah mengatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi sedikit sulit dipahami sebab ia banyak memiliki kesamaan makna, yaitu varitif, evolutf dan dinamis. Untuk itu, tidaklah mudah membuat suatu definisi yang jelas mengenai demokrasi. Setiap Negara mengklaim bahwa negaranya adalah Negara demokrasi, walapun nilai-nilai demokrasi di dalam pemerintahannya sangat sedikit di praktekan.

2. Bentuk – bentuk Demokrasi

1) Demokrasi Langsung

Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi langsung digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di Athena dimana ketika terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk membahasnya. Di era modern sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya populasi suatu negara cukup besar dan mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan hal yang sulit. Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat sedangkan rakyat modern cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari semua permasalahan politik negara.

2) Demokrasi Perwakilan

Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.

3. Prinsip – Prinsip Demokrasi

Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi". Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:
  1. Kedaulatan rakyat
  2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
  3. Kekuasaan mayoritas
  4. Hak-hak minoritas
  5. Jaminan hak asasi manusia
  6. Pemilihan yang bebas dan jujur
  7. Persamaan di depan hukum
  8. Proses hukum yang wajar
  9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional
  10. Pluralisme sosial, ekonomi dam politik
  11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat
4. Ciri – Ciri Demokrasi

Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
  1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
  2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga negara).
  3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
  4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan hukum.
  5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
  6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
  7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat.
  8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
  9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya).
5. Karakteristik Demokrasi

Mengenai apa saja karakteristik Demokrasi, ada beberapa pendapat dan literature yang bisa dikemukakan. Karakteristik demokrasi adalah hak pilihan universal, pemerintahan perwakilan, partai politik dan pemilih umum komperatif.

Robert A. Dahl menunjukkan tujuh Kriteria yang harus ada dalam system demokrasi :
  1. Control atas keputusan pemerintah mengenai kebijakan secara konstitusional kepada pejabat yang dipilih.
  2. Pejabat dipilih melalui pemilihan yang teliti, yang jujur, dimana paksaan dianggap sebagai sesuatu yang tidak umum.
  3. Secara praktis semua orang dewasa mempunyai hak untuk memilih dalam pemilihan pejabat.
  4. Secara praktis orang dewasa mempunyai hak untuk mencalonkan diri pada jabatan-jabatan dipemerintahan, walaupun batasan umum untuk menduduki jabatan mingkin lebih ketat ketimbang hak pilihnya.
  5. Rakyat mempunyai hak untuk menyarankan pendapat tanpa ancaman hokum yang berat mengenai berbagai persoalan politik yang didefinisikan secara luas, termsuk mengkritik para pejabat, pemerintah, rezim, tatanan sosio ekonomi dan ideology yang berlaku.
  6. Rakyat mempunyai hak mendapatkan sumber-sumber informasi alternative. Lebih dari itu, sumber-sumber alternative yang ada dan dillindungi oleh hukum.
  7. Untuk meningkatkan hak-hak mereka termasuk hak-hak yang dinyatakan diatas rakyat juga mempunyai hak untuk membentuk lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi yang relative independen. Termasuk berbagai partai politik dan kelompok-kelompok kepentingan yang independen.
C. DAMPAK TERHADAP PERUBAHAN-PERUBAHAN NASIONALISME DAN DEMOKRASI DALAM SOSOIAL – POLITIK

Perlu diketahui, bahwasannya upaya memupuk masionalisme agar tidak rentan, mudah pudar dan bahkan terkikis habis dari “dada bangsa Indonesia” tentu perlu keseriusan dan optimism dalam implementasinya dengan langkah awal menanamkan semangat merah putih lebih dulu, batu kecakapan intelektualitas dan kecendikiawanan uang tinggi untuk melengkapinya. Walaupun pengaruh globalisasi “mendera” dan “melarutkan” apa saja yang ada dimuka bumi ini, tentu tidak boleh melarutkan dan menyapu semangat nasionalisme bangsa Indonesia.

Pengaruh globalisasi diberbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideology, social-budaya dan lain-lain akan mempengaruhi nilai-nilai masionalisme terhadap bangsa.

Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme, antara lain :
  1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintah dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu Negara, jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut burupa rasa nasionalisme terhadap Negara menjadi meningkat.
  2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa Negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
  3. Dari globalisasi sosoial budaya kita dapat meniru pola berfikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme, antara lain :
  1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalism dapat membawa kemajuan dan kemakmura. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideology Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tersebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
  2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut, Dll) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukkan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
  3. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung memniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
  4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat menggangu kehidupan nasional bangsa.
  5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidak pedulian antar perillaku sesama warga. Dengan demikian individualisme, maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Berdasarkan analisa dan uraian diatas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak dari pada pengruh positifnya. Oleh karena itu, diperlukan langkah untuk mengantisi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasonalisme.

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA ZAMAN HINDU BUDHA DI INDONESIA

A. Pengantar

Deskripsi tentang artikel disini membahas tentang pendidikan pada zaman Hindu dan Budha, dimana waktu zaman Hindu dan Budha tersebut perkembangan pendidikannya melalui penyebaran agama. Sebelum penjajahan Belanda, bumi Nusantara telah dikenal di dunia sebagai pusat pendidikan, pengajaran, dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada masa kerajaan Hindu dan Budha yang dalam perkembangan selanjutnya pendidikan dipengaruhi oleh ajaran agama Islam. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan sebagai sarana sosialisasi merupakan kegiatan manusia yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian usia pendidikan hampir dipastikan sama tuanya dengan manusia itu sendiri. Perjalanan perkembangan pendidikan sangat panjang dari mulai sebelum kemerdekaan dapat ditelusuri sejak zaman Hindu dan Budha pada abad ke-5. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha, pendidikan dipengaruhi oleh ajaran kedua agama tersebut sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat pada saat itu. Pendidikan dari zaman ke zaman senantiasa sudah memperlihatkan terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap pendidikan pada zamannya masing-masing.

B. Perkembangan Pendidikan pada Zaman Hindu dan Budha
Menurut teori Van Leur, yang oleh banyak ahli dapat diterima, ditegaskan bahwa pada abad-abad permulaan terjadilah hubungan perdagangan antara orang-orang Hindu dengan orang-orang Indonesia. Faktor-faktor yang memungkinkan berkembangnya Peradaban Hindu Budha diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor Politik

Terjadi peperangan antara kerajaan India bagian Utara dengan kerajaan India bagian Selatan. Bangsa Aria dari Utara mendesak kerajaan dan penduduk Selatan, sehingga penduduk di Selatan lari mencari tempat-tempat baru, dan ada sampai ke Indonesia. Oleh karena itu peradaban yang masuk ke Indonesia Nusantara dipengaruhi oleh bangsa India dari bagian Selatan.

2. Faktor Ekonomis atau Geografis

Indonesia terletak antara India dan dataran Tiongkok, dimana pada waktu itu telah terjadi perdagangan antar India dan Tiongkok melalui jalur laut. Akibatnya banyak orang India dan Tiongkok bergaul dengan bangsa Indonesia, dari mulai perdagangan atau perniagaan sampai terjadi koloni yang berdatangan dari India dan Tiongkok.

3. Faktor Kultural

Tingkat peradaban bangsa India lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk asli di Nusantara. Mereka sudah mengenal sistem pemerintahan yang teratur dalam bentuk kerajaan, mereka juga telah mengenal tulisan dan karya sastra yang tinggi. Fakta sejarah membuktikan dengan ditemukannya prasasti batu bertulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang menjelaskan tentang adanya kerajaan tertua. Di Kalimantan yaitu di Kutai abad ke-5 Masehi dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.

Perkembangan pendidikan pada zaman ini, sudah mulai menampakkan suatu gerakan pendidikan dengan misi penyebaran ajaran agama dan cara hidup yang lebih universal (keseluruhan) dibandingkan dengan pendidikan sebelumnya. Pendidikan masa Hindu-Budha di Indonesia dimulai sejak pengaruh Hindu-Budha datang ke Indonesia.

Perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sebenarnya masyarakat indonesia telah memiliki kemampuan dasar yang patut dibanggakan sebelum masuknya Hindu dan Budha. Setelah Hindu dan Budha berkembang di Indonesia kemampuan masyarakat Indonesia makin berkembang karena berakulturasi dan berinteraksi dengan tradisi Hindu dan Budha.

Di daerah Kalimantan (Kutai) dan Jawa Barat (Tarumanegara) ditemukan prasasti adanya kebudayaan dan peradaban Hindu tertua pada abad ke-5. Para cendekiawan, ulama-biarawan, musafir dan peziarah Budha dalam perjalanannya ke India, singgah di Indonesia untuk mengadakan studi pendahuluan dan persiapan lainnya. Negara India merupakan tanah suci dan merupakan sumber inspirasi spiritual, ilmu pengetahuan dan kesenian bagi pemeluk agama Budha. Agama Hindu di India terbagi dua golongan besar yaitu Brahmanisme dan Syiwaisme. Hinduisme yang datang ke Indonesia adalah Syiwaisme, yang pertama kali dibawa oleh seorang Brahmana yang bernama Agastya. Syiwaisme berpandangan bahwa : 
  • Syiwa adalah dewa yang paling berkuasa.
  • Syiwa adalah penncipta dan perusak alam, segala sesuatu bersumber pada Syiwa dan kembali kepada Syiwa.
  • Manusia hidup dalam rangkaian reinkarnasi dan merupakan suatu samsara (penderitaan), yang ditentukan oleh perbuatan manusia sebelumnya, jadi berlaku hukum “karma”. 
  • Tujuan hidup manusia ialah mencapai “moksa”, suatu keadaan dimana manusia terlepas dari samsara, manusia hidup dalam keabadian yang menyatu dengan Syiwa.
Agama Budha merupakan agama yang disebarkan oleh Sidharta Gautama di India yang kemudian terpecah menjadi dua aliran yaitu Mahayana dan Hinayana. Yang berkembang di Indonesia ialah bangsa Hinayana. Agama ini berkembang pada masa kerajaan Sriwijaya di Sumatera dan pada zaman Wangsa Syailendra di Pulau Jawa.

Menurut ajaran agama Budha manusia hidup dalam penderitaan karena nafsu duniawi. Manusia dalam hidup ini berusaha untuk mengusir penderitaan, mencari kebahagiaan yang abadi yaitu untuk mencapai nirwana. Adapaun langkah-langkah untuk mencapai nirwana, manusia harus berperilaku benar diantaranya sebagai berikut :
  1. Berpandanagan yang benar.
  2. Mengambil keputusan yang benar. 
  3. Berkata yang benar. 
  4. Berkehidupan yang benar. 
  5. Berdayaupaya yang benar. 
  6. Melakukan meditasi yang benar. 
  7. Konsentrasi kepada hak-hak yang benar.
Meskipun Hinduisme dan Budhisme merupakan agama yang berbeda, namun di Indonesia tampak terdapat kecenderungan sinkretisme yaitu keyakinan untuk mempersatukan figur Syiwa dan Budha sebagai satu sumber dari Ynag Maha Tinggi. Seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi satu jua adalah perwujudan dari keyakinan tersebut. dalam hal ini, Budha dan Syiwa adalah dewa yang dapat diperbedakan (bhinna) tetapi dewa itu (ika) hanya satu (tungal). Kalimat yang tadi adalah salah satu bait dari syair Sutasoma karya Empu Tantular pada zaman Majapahit. Sehingga kebudayaan Hindu telah membaur dengan unsur-unsur Indonesia asli dan memberikan ciri serta coraknya yang khas, sampai jatuhnya kerajaan Hindu terakhir di Indonesia yaitu Majapahit akan masih berkembang dalam hal pendidikan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang sastra, bahasa, ilmu pemerintahan, tata Negara dan hukum. Kerajaan-kerajaan seperti Kalingga, Mataram, Kediri, Singasari, dan Majapahit akan melahirkan para Empu, Pujangga yang menghasilkan karya-karya seni yang bermutu tinggi. Selain karya seni pahat dan seni bangunan dalam arsitekstur yang bernilai tinggi juga ditemukan beberapa karya ilmiah dalam bidang filsafat, sastra dan bahasa.

C. Pendidikan Hindu Budha
Syiwaisme yang berkembang di Indonesia berbeda dengan India yanga sangat bertentangan dan hidup bermusuhan dengan Budhisme. Di Indonesia Syiwaisme dan Budhisme hidup dan tumbuh berdampingan, walaupun terjadi penumpasan Wangsa Syailendra yang beragama Budha oleh Wangsa Sanjaya yang beragaman Hindu, namun dimasyarakat biasa tidak nampak pertentangan tersebut, bahkan mungkin dapat dikatakan telah terjadi sinkretisme antara Hinduisme, Budhisme dan kepercayaan animism dan dinamisme, suatu keyakinan untuk menyatukan Syiwa, Budha, dan arwah-arwah nenek moyang sebagai suatu sumber dan amaha tinggi. Pendidikan formal ini diselenggarakan oleh kerajaan-kerajaan Indonesia pada saat itu.

Pendidikan pada zaman Hindu masih terbatas kepada golongan minoritas (kasta Brahmana, Ksatria), belum menjangkau golongan mayoritas kasta Waisya dan Sudra apalagi kasta Paria. Namun perlu diketahui bahwa penggolongan kata di Indonesia tidak begitu ketat seperti halnya dengan di India yang menjadi asalnya agama Hindu. Pendidikan zaman ini lebih tepat dikatakan sebagai “perguruan”dimana para murid berguru kepada para cerdik cendekia. Kemudian lembaga pendidikan dikenal dengan nama pesantren, jadi berbeda sekali dengan sekolah yang kita kenal sekarang ini.

Sistem perguruan yang dikenal dengan pesantren itu berkembang terus sampai pada pengaruh Budha, zaman Islam sampai sekarang (pesantren tradisional). Pada zaman Budha pendidikan berkembang pada kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang sudah terdapat perguruan tinggi Budha. Dimana para murid-muridnya banyak berasal dari Indocina, Jepang dan Tiongkok. Guru yang terkenal pada saat itu ialah Dharmapala. Perguruan-perguruan Budha tersebut mungkin menyebar keseluruh kekuasaan Sriwijaya. Mungkin saja candi-candi Borobudur, Menndut, dana Kalasan merupakan pusat pendidikan agama Budha.

Kalau kita memperjhatikan peninggalan-peninggalan sejarah seperti candi-candi, patung-patung maka sudah pasti para santri atau murid belajar tentang ilmu membangun dan seni pahat. Karena pembuatan candi memerlukan kemampuan teknik dan seni yang tinggi. Dmeikian juga dengan memahat relief-relief candi dibimbing oleh suatu alur cerita yang menceritakan kehidupan sang Budha atau para dewa, bisa juga cerita tentang Ramayana. Karya hasil sastra yang ditulis para pujangga banyak yang bermutu tinggi antara lain : Pararaton, Negara Kertagama, arjuna Wiwaha, dan Brata Yudha. Para pujangga yang terkenal diantaranya sebagai berikut : Mpu Kawa, Mpu Sedah, Mpu Panuluh, Mpu Prapanca.

Dalam perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu sperti Singasari, Majapahit dan kerajaan Budha Sriwijaya, tidak terdapat uraian yang jelas mengenai pendidikan. Namun sudah apsti bahwa pada zaman tersebut sudah berkembang pendidikan dengan lembaga-lembaga yang dengan sengaja dibuat secara formal. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut berbentuk perguruan yang lebih dikenal dnegan sebutan pesantren. Pada saat itu mutu pendidikan cukup memuaskan berbagai pihak yang bersangkutan.

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup yaitu manusia hidup untuk mencapai moksa bagi agama Hindu, dan manusia mencapai nirwana bagi agama Budha. Karena itu secara umum tujuan akhir adalah mencapai moksa atau nirwana. Secara khusus mungkin dapat dibedakan sebagai berikut :
  1. Bagi kaum Brahmana (kasta tertinggi), pendidikan bertujuan untuk menguasai kitab suci ( Weda untuk Hindu dan Tripitaka untuk Budha) sebagai sumber kebenaran dan pengetahuan yang universal.
  2. Bagi golongan Ksatria sebagai raja yang berkuasa, pendidikan bertujuan untuk memiliki pengetahuan teoritis yang berkaitan tentang pengaturan pemerintahan (kerajaan). 
  3. Bagi rakyat biasa, pendidikan bertujuan agar warga masyarakat memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup, sesuai dengan pekerjaan yang secara turun temurun. Misalnya keterampilan bercocok tanam, pelayaran, perdagangan, seni pahat dan sebagainya.
b. Sifat Pendidikan

Beberapa sifat dan ciri pendidikan yang menonjol pada waktu itu adalah :
  1. Informal, karena pendidikan masih bersatu dengan proses kehidupan.
  2. Berpusat pada religi, karena kehidupan atas dasar kepercayaan dan keagamaan menguasai segala-galanya. 
  3. Penghormatan yang tinggi terhadap guru, karena gurunya adalah kaum Brahmana ( kasta tertinggi dalam masyarakat Hindu) dan tidak memperoleh imbalan gaji. Mereka menjadi guru semata-mata karena kewajiban sebagai Pandita atau Brahmana yang didasarkan pada perasaan tulus, mengabdi tanpa pamrih ( tanpa memikirkan imbalan dunia ). 
  4. Aristokratis artinya pendidikan hanya diikuti oleh segolongan masyarakat saja yaitu golongan Brahmana, pendeta dan golongan Ksatria dan golongan keturunan raja-raja. Dalam agama kita kenal penggolongan berdasarkan kasta, namun di Indonesia perbedaan tidak begitu tajam dan menonjol. Yang menonjol adalah antara golongan raja-raja dan rakyat jelata.
c. Jenis-jenis Pendidikan

Beberapa jenis pendidikan pada zaman Hindu Budha dapat dibedakan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :

1. Pendidikan Intelektual

Kegiatan pendidikan ini dikhususkan untuk menguasai kitab-kitab suci. Veda dipelajari oleh kaum Brahmana, dan kitab Tripitaka dipelajari oleh penganut Budha. Pada waktu itu hanya golongan Brahmanalah yang berhak mempelajari kitab suci Veda. Pendidikan intelektual juga berkaitan dengan penguasaan doa dan mantera, yang berkaitan dengan penguasaan alam semesta, pengabdian kepada Syiwa dan Budha Gautama.

2. Pendidikan Kesatriaan

Kegiatan pendidikan ini dilakukan untuk mendidik kaum bangsawan keluarga istana kerajaan, untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan mengatur pemerintahan (kerajaan), mengatur Negara, dan belajar untuk berperang.

3. Pendidikan Keterampilan

Pendidikan keterampilan dan pendidikan kesatriaan merupakan pendidikan kegiatan yang deprogram secara tertib(dalam arti pendidikan bagi kaum Brahmana dan bangsawan (keluarga raja)) sudah berjalan dengan teratur. Sedangkan pendidikan keterampilan yang diajukan bagi masyarakat jelata berlangsung secara informal yang berlangsung dalam keluarga sesuai dengan keterampilan yang dimiliki orang tuanya. Seorang pemahat akan diwariskan keterampilannya kepada anak-anaknya begitu pula dengan para petani, nelayan dan sebagainya.

d. Lembaga Pendidikan

Pendidikan pada waktu itu masih bersifat informal, belum ada pendidikan formal dalam bentuk sekolah seperti yang kita kenal sekarang ini. Namun dengan demikian ada beberapa tempat yang biasa dijadikan sebagai lembaga pendidikan.

1. Padepokan atau Pecatrikan

Merupakan tempat berkumpulnya para catrik, yaitu murid-murid yang belajar kepada guru disuatu tempat, sehingga disebut pecatrikan dan dengan nama lain biasa juga disebut padepokan. Dari kata-kata catrik dan pecatrikan itulah muncul kata santri dan pesantren. Jadi lembaga pesantren sudah dikenal keberadaannya sejak zaman Hindu Budha. Dipesantren dan atau padepokan itulah berkumpul para murid, khususnya keturunan Brahmana utnuk mempelajari segala macam pengetahuan yang bersumber dari kitab suci ( Veda dan Upanishad bagi Hindu serta Tripitaka bagi Budha). Dicandi Borobudur terlihat suatu lukisan yang menggambarkan suatu proses pendidikan seperti yang berlaku sekarang ini. Ditengah-tengah pendopo besar seorang Brahmana atau pendeta duduk dilingkari oleh murid-muridnya, semuanya membawa buku, dan mereka belajar membaca dan menulis. Guru tidak menerima gaji namun dijamin oleh murid-muridnya untuk hidup. Yang menjadi dasar pendidikan adalah agama Budha dan Hindu, seperti dapat kita lihat relief-relief yang tertulis dicandi Borobudur ( Budha) dan candi Prambanan (Hindu).

2. Pura

Merupakan tempat yang berada di istana. Tempat ini diperuntukkan bagi putra-putri raja belajar. Mereka diberi pelajaran yang berkaitan dengan hidup sopan santun sebagai keturunan raja yang berbeda dengan masyarakat biasa. Mereka belajar tentang mengatur Negara, ilmu bela diri baik secara fisik maupun secara batiniah.

3. Pertapaan

Karena orang yang bertapa dianggap telah memiliki pengetahuan kebatinan yang sangat tinggi. Oleh karenaitu para pertapa menjadi tempat bertanya tentang segala hal terutama berkaitan dengan hal-hal yang gaib.

4. Keluarga

Pada waktu itu pendidikan keluarga juga ada sampai sekarang juga tapi hanya pendidikan sebagai informal. Dalam keluargalah akan terjadi partisipasi dalam menyelesaikan pekerjaan orang tua yang dilakukan anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

e. Ilmu Pengetahuan dan Karya Sastra

Pada masa kejayaan kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia ini telah terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan karya seni yang sangat tinggi. Seperti telah dikemukakan pada kerajaan Sriwijaya sebagai salah satu kerajaan Budha yang terbesar di Indonesia, pada saat iru telah berdiri lembaga pendidikan setaraf “perguruan tinggi”. Perguruan tinggi tersebut dapat menampung berates-ratus mahasiswa biarawan Budha dan adapat belajar dengan tenang, mereka tinggal di asrama-asrama khusus.

Sistem dan metode sesuai yang ada di India, sehingga biarawan Cina dapat belajar di sriwijaya sebelum melanjutkan belajar di India. Di Sriwijaya terkenal mahaguru yang berasal dari India yaitu Dharmapala dan mengajarkan agama Budha Mahayana. Dipulau Jawa pada waktu Mataram diperintah oleh seorang ratu terdapat sekolah agama Budha yang dipimpin oleh orang Jawa yaitu Janadabra.

Pada sekitar abad ke-14 sampai kira-kira abad ke-16 menjelang jatuhnya kerajaan Hindu di Indonesia, kegiatan pendidikan tidak lagi dilakukan secara meluas seperti sebelumnya tetapi dilakukan oleh para guru kepada siswanya yang jumlahnya terbatas dalam suatu padepokan. Pendidikan pada zaman tersebut, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi pada umumnya dikendalikan oleh para pemuka agama. Namun demikian pendidikan dan pengajaran tidak dilaksanakan secara formal, sehingga seorang siswa yang belum puas akan ilmu yang diperolehnya dapat mencari dan pindah dari guru yang satu ke guru yang lainnya. Kelompok bangsawan, ksatria dan kelompok elit lainnya mengirimkan anak-anaknya kepada guru untuk dididik atau guru diundang untuk datang mengajar anak-anak mereka.

KESIMPULAN

Bahwa pendidikan pada zaman Hindu dan Budha ini melalui penyebaran agama yang pada waktu dulu belum ada sekolah-sekolah yang kita lihat sekarang ini. Pendidikan dulu dengan sekarang sangatlah berbeda sekali. Dulu para biarawan maupun ulama menjadi guru itu tanpa di kasih imbalan dunawi. Mereka juga mendapatkan pendidikan dari keluarganya juga, kalau keluarganya ahli petani maka anaknya akan belajar dari seorang ayahnya dan ilmu yang di perolehnya juga hanya untuk anaknya saja. Mereka belajar keterampilan, kesatriaan dan sebagainya. Anaknya seorang raja mempunyai tempat tersendiri untuk belajar yang disebut dengan Pura, sejauh ini putra-putrinya belajar tentang ilmu tata kenegaraan, sopan santun dan ilmu bela diri. Materi yang diajarkan bukan hanya bersifat umum tapi mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat spiritual religious juga.

Murid juga dapat berpindah dari guru yang satu ke guru yang lainnya untuk belajar. Kini pendidikan semakin tua seperti usia manusia. Khusus untuk materi keterampilan ini biasannya diselenggarakan secara turun temurun melalui jalur kastanya masing-masing seperti keterampilan bermain pedang, berperang, berpanah, menunggang kuda dan seni pahat. Menjelang jatuhnya kerajaan Hindu, pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dipegang oleh kaum ulama

SEJARAH AMERIKA

REVOLUSI SUDAH BERJALAN SEBELUM PERANG DIMULAI REVOLUSI ADA DALAM HATI DAN PIKIRAN RAKYAT

1. SISTEM KOLONIAL BARU

Setelah perang prancis Indian, London melihat kebutuhan akan Desain Kerajaan baru dengan kendali yang lebih terpusat, persebaran diaya kerajaan yang lebih adil, dan memperjuangkan kepentingan baik warga Kanada Perancis maupun Indian Amerika Utara. Di sisi lain, kolono yang telah lama terbiasadengan kemerdekaan menginginkan kebebasan yang lebih banyak, bukannya lebih sediakit. Dan dengan tereeliminasinya ancaman dari Perancis, mereka semakin tidak membutuhkan kehadiran Inggris. Kerajaan dan parlemen yang tidak paham di sisi lain Atlantik mendapati diri mereka bersaing dengan earga koloni yang terlatih dalam pemeriontahan otonomi dan tidak sabr menghadapi campur tangan Kerajaan.

Organisasi Kanada dan lembah Ohio mengharuskan kebijakan yang tekkan mengsingkan penduduk asli Perancis dan Indian. Dalam hal ini, London menghadapi masalah Fundamental dengan kepentingan koloni. Karena populasi yang meningkat dengan pesat, dan kebutuhan tanah akan pemukiman, mereka mengkalim hak untuk memeperluas perbatasan mereka kebarat sampai ke sungai Mississippi. Karena takut memicu serangkaian perang Indian, pemerintah Inggris yakin lahan tersebut harus dibebaskan secara bertahap. Membatasi pergerakan juga menjadi salah satu cara untuk memastikan kendali kerajaan atas penduduk yang sudah ada sebelum mengijinkan pembentukan pemukiman baru. Proklamasi kerajaan pada 1763 mencadangkan seluruh wilayah barat antara Pegunungan Allegheny di Florida, Sungai Mississppi dan Quebec untuk ditempati kaun pribumi amerika. Dengan demikian, Kerajaan berusaha menyapu menyapu habis klaim ke-13 koloni atas daerah barat dan menghentikan ekspansi barat. Walaupun tidak pernah diterapkan secara nyata, diamat warga koloni aturan ini dianggap mengabaikan hak fundamental mereka untuk menempati dan menguasai daerah barat.

Masalah yang lebih serius dampaknya adalah kebijakan baru pendapatan inggeris. London membutuhkan lebih banyak uang untuk menyokong kerajaannya yang berkembang dan mengalami peningkatan keridakpuasan pembayar pajak didalam negri. Kelihatannya cukup logis koloni bila koloni diharuskan membiayai pertahanan mereka sendiri. Hal ini membutuhkan pajak baru yang dipungut oleh parlemen dengan mengorbankan pemerintahan otonomi colonial. Langkah pertama adalah penggantian UU tetes tebu ( Molasses Act) yang dibuat pada 1733 dengan uu Gulan pada 1764, yang menerapkan bea cukai, atau pajak larangan atas impo rum dan tetes tebu dari daerah non inggris. UU ini menyatakan keabsahan impor rum dari luar negri; mengenakan cukai yang cukup besar terhadap tetes tebu yang berasal dari manapun, dan memungut pajak dari minuman anggur, kopi, sutera, dan sejumlah barang mewah lainnya. Kerajaan berharap bahwa menurunkan cukai tetes tebu akan mengurangi godaan menyelundupkan komoditas itu dari Hindia Barat jajahan Belanda dan Perancis kepabrik penyulingan run New England. Pemerintah ingggris mendorong UU Gula dengan penuh semangat, pejabat bea cukai diperintahkan untuk bertindak lebih efisien. Kapal perang Inggris diperairan amerika diperintahkan untuk menangkap para penyelundup dan “surat bantuan” atau surat perintah mengizinkan petugas kerajaan untuk menggeledah bangunan yang dicurigai.

Baik cukai yang diberlakukan dalam UU Gula dan cara untuk menerapkannya menimbulkan kegemparan diantara pedagang New England. Mereka beranggapan sekecil apapun cukai yang diberlakukan hal itu akan menghancurkan bisnis mereka. Pemilik took, pembuat UU, dan majelis kota memprotes hokum tersebut. Pengacara colonial memprotes “pengenaan pajak tanpa persetujuan rakyat” (taxation without resprestion), slogan yang dibuat untuk menyakinkan warga amerika bahwa mereka ditindas oleh Negara induk mereka. Pada 1764, parlemen mengeluarkan UU Mata Uang (Currency Act) untuk “mencegah kredit uang kertas selanjutnya dikeluarkan dikoloni Yang Mulian sebagai alat tukar yang sah”. Mengingat koloni merupakan daerah deficit perdagangan yang selalu kekurangan mata uang, aturan ini menambah beban serius terhadap ekonomi colonial. Satu lagi aturan yang ditentang dari sudut pandang koloni adalah UU Seperempat (Quarter Act), yang di sahkan pada 1765, yang mewajibkan koloni menyediakan perlengkapan dan barak bagi serdadu kerajaan.

UU STEMPEL  
Peraturan pajak umum mencetuskan penolakan terorganisai paling besar. Dikenal sebagai UU Stempel (Stamp Act), semua surat kabar, surat kapal, pamphlet, surat ijin, surat sewa, dan semua dokumen legal wajib membayar pajak stempel. Hasil yang dipungut petugas pajak Amerika akan digunakan untuk “mempertahankan, melindungi, dan mengamankan” koloni. Karena membebani seluruh pelaku bisnis, UU Stempel membangkitkan sikap bermusuhan dari kelompok paling berkuasa dan vocal diantara penduduk Amerika, jurnalis, pengacara, pemuka agama, saudagar, dan pebisnis, baik dari Utara dan Selatan, maupun dari Timur dan Barat. Para saudagar terkemuka menyusun penolakan dan membentuk asosiasi antiimpor. Perdagangan dengan Negara induk turun drastic pada musim panas 1765, karena tokoh-tokoh terkemuka membentuk “Putra Kemerdekaan” (Sons Of Liberty), organisasi rahasia yang dibentuk untuk kmemprotes UU Stempel, terkadang melalui cara-cara kasar. Dari massachussets hingga South Carolina, mafia emaksa petugas cukai yang kurang beruntung untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dengan menghncurkan stempel yang dibenci itu. Perlawanan milityer secara efektif menghapuskan UU tersebut.

Terpacu oleh salah satu dlegasinya, Patrick Henry, House Of Burgesses, meloloskan sejumlah populasi pada bulan Mei yang mencela “pengenaan pajak tanpa persetujuan rakyat” sebagai ancaman bagi kebebasan colonial. Resolusi itu menyatakan bahwa warga Virginia, yang menikmati hak seperti halnya orang inggris, hanya dapat dikenakan pajak oleh perwakilan meraka sendiri. Majelis Massachussets menghimbau seluruh koloni menunjuk delegasi masing-masing untuk menghadiri “Kongres UU Stempel” di New York, yang dilaksanakan pada oktober 1765, untuk mempertimbangkan permohonan keringanan kepada Kerajaan dan Parlemen. Dua Puluh Tujuh perwakilan dari Sembilan koloni menyambar kesempatan itu untuk memobilisasi oopini colonial. Setelah perdebatan panjang, kongres mengadopsi sejumlah resolusi yang “ tidak ada pajak yang pernah atau dapat dipaksakan kepada mereka berdasakan konstitusi, melinkan oleh badan pembuat UU masing-masing”. Dan bahwa UU Stempel mempunyai “kecenderunagn nyata untuk menghapus hak serta kebebasan warga koloni”.

PENGENAAN PAJAK TANPA PERSETUJUAN RAKYAT
Dengan demikian persoalan difokuskan pada masalah perwakilan. Warga koloni percaya mereka tidak dapat diwakilkan kecuali mereka sendiri yang memiilih anggota Dewan Perwakilan. Tetapi ide ini bertentangan dengan prinsip “perwakilan maya” Inggris yang menyatakan bahwa setiap perwakilan Parlemen mewakili seluruh kepentingan negri dan kerajaan, walau basisi pemilihnya hanya terdiri atas sejumlah kecil tuan tanah dari distrik tertentu. Teori ini berasumsi bahwa setiap warga Negara Inggris memiliki kepentingan yang sama dengan tuan tanah yang memilih anggota parlemen. Para Pemimpin Amerika berdalih bahwa hubungan legal mereka hanyalah dengan kerajaan. Rajalah yang menyetujui pembangunan koloni disebrang lautan dan memperlengkapi mereka dengan pemerintahan. Mereka menyatakan beliau adalah raja, baik di Inggris maupun dikoloni, tetapi bekeras bahwa Parlemen Inggris tidak berhak memberlakukan hokum dikoloni, sebagai mana halnua legislatur colonial tidak berhak menetapkan hukum di Inggris. Bagaimanapun juga perjuangan mereka setara dengan Raja George III dan parlemen Faksi-faksi yang bersatu dengan kerajaan umumnya mengontrol Parlemen dan merefleksikan tekad sang raja menjadi monarki yang kuat.

Parlemen inggris menolak pendapat colonial. Namun pedagang inggris yang merasakan pengaruh boikot Amerika mendukung gerakan pembatalan UU tersebut. Pada 1766 parlemen berhasil membatalkan UU Stempel dan memodifikasi UU Gula. Meski demikian, untuk memuaskan pendukung pengendalian atas pusat koloni, parlemen menindaklanjuti aksi ini dengan berbekal ayat dari UU Deklarasi (Declaration Act) yang memastikan otoritas parlemen dalam membuat hokum yang mengikat dikoloni “dalam kasus apapun”. Warga koloni hanya memenangkan jeda sesaat dari krisis yang segera terjadi.

UU TOWNSHEND
Tahun 1767 menghasilkan serangkaian peraturan lain yang menghidupkan kembali elemen pertentangan. Charles Townshend, pejabat Departemen Keuangan Inggris, mencoba program fiscal baru untuk menghadapi kekecewaan atas tingginya pajak diinggris. Dengan niat menguranbgi pajak di Inggris melalui efisiensi pemungutan pajak perdagangan Amerika, dia memperketat administrasi cukai dan memberlakukan cukai pada impor colonial yang berasal dari Inggris Raya seperti kertas, kaca, timbale, dan the. “UU Townshend” ini berdasarkan premis bahwa pajak yang dibebankan pada barang yang diimpor oleh koloni itu legal sementara pajak internal (seperti UU Stempel) itu legal. UU Townshend didesain untuk meningkatkan pemasukan yang didapat digunakan untuk menyokong pejabat koloni dan menopang tentara Inggris di Amerika. Sebagai balasannya, pengacara Philadelphia, John Dickinson, dalam Letter Of a Pennysilvania Farmer ( surat dari petani pennysilvania) mendebat bahwa meski parlemen berhak mengendalikan perniagaan kerajaan, tetapi dia tidak berhak memungut pajak dari koloni, tidak peduli cukai itu masuk masalah eksternal maupun internal.

Reaksi atas diberlakukannya UU Townshend walau tidak sedrastis UU Stempel, tetaplah kuat terutama didaerah pesisir timur. Para saudagar lagi-lagi membuat perjanjian tidak mengimpor dan masyarakat membuat produk lokal. Contohnya memakai pakaian yang ditenun sendiri dan menemukan pengganti teh. Mereka membuat kertas sendiri dan rumah mereka tidak dicat. Di Boston, pemaksaan regulasi baru memicu kekerasan. Ketika pejabat cukai datang untuk menagih pajak, mereka diserang oleh penduduk dan ditangani dengan kasar. Akibat pelanggaran ini dua resimen inggris dikerahkan untuk melindungi para petugas pajak. Kahadiran tentara inggris di boston laksana mengundang kekacauan, pada 5 Maret 1770, pertentangan ini berkembang menjadi kekerasn, dan terjadi penembakan tiga warga boston oleh tentara inggris sehingga dikenal dengan sebutan “pembantain boston”

SAMUEL ADAMS
Pemimpin kelompok radikal yang paling efektif adalah Samuel Adams dari massachusetts, yang bekerja tanpa lelah demi satu tujuan ahir, “Kemerdekaan”. Semenjak lulus dari Universita Harvard tahun 1743, Dia bisa dibilang menjadi pelayan publik dalam beberapa hal cerobong asap, pemungut pajak dan moderator rapat kota. Dia ingin memebebaskan orang-orang dari kekaguman mereka terhadap sosok sosial dan politik yang lebih berkuasa. Menyadarkan mereka akan kekuatan dan pentingnya diri meraka sendiri dengan demikian mengguagah mereka untuk membbuat sesuatu. Dengan tujuan itulah dia menulis artikel disurat kabar dan berpidato diapat kota. Pada 1772, dia membujuk rapat kota boston untuk memilih “Komite Koresponden” untuk menyatakan hak dan keluhan warga koloni. Komite ini menentang keputusan inggris untuk membayar gaji hakim dari pendapatan cukai, mereka takut para hakim takkan menjadi menggantungkan pendapatannya pada legislatur dan tidak lagi bertanggung jawab atas keputusannya, hal ini dapat memicu kesewenag-wenangan pemerintah. Komite ini berkomunikasi dengan koloni lain sehingga tumbuh menjadi organisasi revolusi yang efektif, meski demian adams belium dapat melakukan revolusi dengan organisasinya ..

PESTA TEH BOSTON
Pada 1773 Inggris raya memberikan isu yang sempurna bagi adams dan para sekutunya. Persekutuan Hindia Timur mendapati dirinya berada dalam krisis financial, dan kemudian memohon pada pemerintahan Iggris dan kemudian memberinya monopoli atas semua teh yang diekspor kekoloni. Dipelabuhan pusat dan dilam pantai Atlantik, persekutuan Hindia Timur dipaksa untuk mengundurkan diri. Kiriman teh yang baru datang entah didagangkan atau digudangkan. Dengan sokongan gubernur perdagangan mereka bersiap mendatangkan muatan yang akan tiba tanpa memedulikan pihak oposisi, pada malam 16 Desember 1773, sekelompok orang menyamar sebagai Indian Mohawk dipimpin oleh Samuel Adams menaiki tiga kapal inggris yang terlambat dan membuang muatan teh mereka di boston. Persekutuan Hindia Timur telah melaksanakan perintah parlemen, jika perusakan teh tidak dihukun, itu berarti parlemen harus mengakui pada dunia bahwa mereka tidak punya control atas warga koloni.

UU DISIPLINER
Parlemen menjawab dengan hokum baru yang disebut “pemaksaan” atau “aksi yang tidak dapat ditoleransi”. Pertam-tama otoritas pelabuhan boston menutup pelabuhan boston sampai semua teh itu dibayar. Aksi ini menutup akses kahidupan kota karena menutup akses pelabuhan di boston. UU lainnya membatasi kewenangan pejabat local dan melarang hampir semua rapat kota yang diadakan tanpa persetujuan gubernur. UU seperempat menggharuskan pejabat local menyediakan markas yang sesuai untuk sedadu inggris. UU Quebec diloloskan pada saat yang hampir bersamaan, memperluas batas provinsi diselatan quebec hingga kesungai Ohio. UU Quebec belum diloloskan sebagai suatu hokum, warga Amerikaa menghubungkannya dengan UU Disipliner dan semua itu kemudian dikenal dengan “Five Intolerable” (lima UU yang tidak dapat ditolelir).

Sesuai saran Virginia House of Burgesses, perwakilan koloni bertemu di Philadelphia pada 5 september 1774 untuk membicarakan situasi koloni yang menyedihkan. Delegasi yang menghadiri pertemuan ini dikenal sebagai kongres Kontinental Pertama. Hanya Geogia yang gagal mengirim delegasi, total 55 delegasi itu cukup besar untuk memunculkan perbedaan pendapat, tapi cukup kecil untuk perdebatan sengit dan aksi yang efektif. Asosiasi continental segera mengambil alih kepemimpinan koloni, mengimbau organisasi local untuk segera mengghentikan sisa-sisa kekuatan kerajaan. Dipimpin oleh pemimpin prokemerdekaan, meeka mendapat sokongan tidak hanya dari segelintir orang kaya, tapi juga dari anggota masyarakat professional (terutama pengacara), sebagian besar dari koloni petani di Selatan dan beberapa saudagar. Mereka mengintimidasi orang-orang yang ragu-ragu untuk bergabung dengan pergerakan popular ini dan menghukum musuh, mereka mengumoulkan suplai militer dan memobilitas serdadu, mereka juga menyebarkan opini public dengan semangat revolusi.

REVOLUSI DIMULAI
Jendral Thomas Gage, tugas utamanya adalah menegakan UU Disipliner. Ketika menddengar kabar bahwa warga koloni massachusettes mengumpulkan mesiu dan perlengkapan militer di kota Concord, 32 KM jauhnya dari sana, Gage segera mengirimkan pasukan kecilnya yang begitu kuat untuk menyita persediaan tersebut. Setelah semalam berjalan, serdadu Inggris tiba di desa Lexington pada 19 April 1775 dan melihat gerombolan menyeramkan 77 minuteman (pasukan yang siap berperang dalam satu menit). Pemimpin pasukan ini John Parker, menyuruh pasukannya jangan menembak kecuali ditembak lebih dahulu. Walaupun pecah konflik bersenjata, ide untuk memisahkan diri dari pemerintahan inggris masih banyak ditentang oleh anggota continental. Pada bulan juli mereka membuat petisi Perdamaian (The Olive Branch Petition) yang memohon kepada raja untuk mencegah aksi-aksi kekerasan lebih lanjut hinga mereka dapat menghasilkan beberapa perjanjian. Raja George menolaknya, pada 23 Agustus 1775 malah memproklamirkan pemberontakan yang dilakukan oleh koloni. Inggris Raya menginginkan kesetiaan koloni Selatan, sebagian karena keyakinan mereka atas perbudakan. Banyak koloni selatan beranggapan bahwa pemberontakan melawan Negara induk dapat memicu pemberontakan budak. November 1775 Lord Dunmore, gubernur Virginia , mencoba meredam kekuatan itu dengan menawarkan kebebasan bagi para budak yang ingin berperang membantu inggris. Gubernur Nort Carolina juga mengimbau warganya untuk tetap setia pada kerajaan, ketika 1500 orang menjawab panggilanMartin, mereka dikalahkan oleh tentara Revolusoioner sebelum tentara inggris bisa tiba disana untuk memberikan bantuan.

AKAL SEHAT KEMERDEKAAN
Pada Januari 1776, Thomas Paine, teroris radikal dan penulis yang datang ke Amerika dari Inggris pada 1774, mempublikasikan risalah 50 halaman berjudul (Common Sense) Akal Sehat yang terjual 100.000 kopi dalam tiga bulan. Paine menyerang gagasan tentang monarki berdasarkan warisan dan menyatakan satu orang jujur lebih berarti bagi masyarakat daripada seluruh penjahat bermahkota yang pernah hidup.

Secara garis besar hasil karya Jefferson, Deklarasi Kemerdekaan, yang disahkan pada 4 juli 1776, tidak hanya mengumumkan lahirnya Negara baru, tetapi juga memaparkan filofosi kebebasan manusia yang akan menjadi kekuatan dinamis diseluruh dunia. Deklarasi ini diambil dari filosofi politik Pencerahan Perancis dan Inggris. Tetapi pengaruh yang paling menonjol adalah Second Treatise on Government, karya John Locke. Locke mengambil konsep hak tradisional orang inggris dan mengubahnya menjadi hak asasi manusia yang universal.

“Kami menyatakan kebenaran ini adalah nyata, bahwa setiap manusia diciptakan sederajat. Sang Pencipta dengan hak-hak yang tidak dapat dihapuskan, diantaranya yaitu kehidupan, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan. Bahwa untuk mendapatkan hak-hak ini, pemerintah dibentuk dari rakyat, memperoleh kekuasaan mereka dari persetujuan mereka yang diperintah, bahwa kapanpun bentuk pemerintahan menghancurkan tujuan itu, masyarakat berhak mengganti atau menghapuskannya dan membentuk pemerintahan baru, meletakan landasan pada prinsip-prinsip semacam itu dan mengatur kekuatannya sedemikian rupa yang akan sangat memengaruhi Keselamatan Kebahagiaan mereka” (John Locke)

Jefferson mengkaitkan perinsip Locke secara langsung dengan situasi yang dihadapi koloni. Berjuang demi kemerdekaan Amerika sama dengan berjuang bagi pemerintahan berdasarkan kesepakatan bersama, menggantikan pemerintahan kerajaan yang telah bersatu dengan yang lain untuk menundukan kami dan yurisdiksi yang asing bagi konstitusi kami dan tidak diakui oleh hokum kami.

KEMENANGAN DAN KEKALAHAN
Desesmber itu tentara Washington nyaris ambruk, sebab perbekalan dan bantuan yang dijanjikan gagal terwujud, dan kesempatan mengancurkan Amerikapun gagal terwujud, dengan memutuskan menunggu sampai musim semi untuk melanjutkan pertempuran. Pada natal 25 Desember 1776, Washington menyebrangi sungai Delaware, di Utara Trento, New Jersy. Dinihari esoknya tentara mengejutkan garnisun inggris disana dan berhasil menawan lebih dari 900 orang, pada 3 Januari 1776, Washington menyereng inggris dan Princeton, merebut kembali hampir wemua teritori yang tadinya diduduki inggris. Namun pada September 1777, Howe mwngalahkan tentara Amerika di Brandywine, Pennsylvania dan memaksa pembubaran Kontinental. Lembah Forge merupakan kemunduran terparah bagi Kontinental Washington, namun pada tahun 1777 terbukti menjadi titik balik perang. Jendral Inggris John Burgoyne pindah keselatan dari Kanada berusaha mengisi New Yorek dan New England lewat dananu champlain dan sungai Hudson.pada 6 Agustus di Oriskany, New York, Bourgoyne memobilisasi sejumlah kaum loyalis dan pribumi Amerika, namun pasukan Amerika yang lebih berpengalaman berhasil menghentikan serangan mereka. Pasukan Burgoyne pindah ke sisi barat sungai Hudson dan menyerang Albany, serdadu Amerika sudah menunggunya di bawah pimpinan Benedict Arnold, yang nantinya menghianati Amerika di West Point, New York, tentara colonial berhasil memukul tentara Inggris.

ALIANSI PRANCIS AMERIKA
Persekutuan Prancis-Amerika segera memperluas konflik, pada Juni 1778 kapal Inggris menembak kapal laut Perancis, dan kedua Negarapun berperang. Pada 1780 Inggris Raya mendeklarasikan perang terhadap Belanda karena tetap melanjutkan hubungan dagangna dengan Amerika. Kombinasi kekuatan eropa ini dipimpin oleh Perancis menjadi ancaman yang palling berbahaya dari koloni Amerika itu sendiri.

INGGRIS PINDAH KESELATAN
Dengan terlibatnya perancis inggris meningkatkan kampanye mereka dikoloni selatan karena masih yakin bahwa koloni slatan adalah kaum loyalitas. Peperangan dimulai pada ahir 1778 dengan menguasai savannah, Georgia. Tak lama setelahnya serdadu dan angkatan laut inggris berkumpul di Charleston, South Carolina, pelabuhan utama di selatan. Pada 12 Mei 1780, Jendra Benjamin Lincolin menyerang kota beserta 5000 pasukannya kekalahan terbesar Amerika sepanjang peperangan.

Tetapi perubahan keberuntungan justru meningkatkan pemberontakan warga Amerika. Warga South Carolin mulai menjelajahi daerah pedesaan, menyerang jalur pasokan ingggris. Pada Juli, jendral Amerika, Horatio Gates yang trelah membentk pasukan cadangan yang terdiri atas milisi yang tidak terlatih, bergegas menuju Camden, South Carolina, untuk menyerang pasukan inggris yang dipimpin oleh jendral Charles Cornwalls.

KEMENANGAN KEMERDEKAAN
Pada juli 1780, raja Perancis Louis XVI mengirim pasukan ekspedisi berjumlah 6000 orang ke Amerika di bawah pimpinan Comte Jean de Rochambeau. Selain itu armada perang Perancis menyerang kapal Inggris dan memblokade bala bantuan serta perbekalan tambahan bagi pasukan Inggris di Virginia.angkatan darat dang angkatan laut Perancis dan Amerika yang berjumlah 18.000 orang bolak-balik beradu senjata di Cornwalls selama musim panas hingga musim gugur. Akhirnya pada 19 Oktober 1781, setelah terjebak di Yorkstown di dekat muara Teluk Chesapeake, Cornwalls menyerahkan angkatan daratnya beranggotakan 8.000 tentara Inggris.

Walaupun kekalah Cornwalls tidak segera menuntaskan perang yang terus berlangsung tanpa kejelasan selama hampir dua tahun, pemerintah Inggris yang baru memutuskan untuk menawarkan negosiasi damai di Paris pada awal 1782. Pada saat itu Amerika diwakili oleh Benjamin Franklin, John Adams, dan John Jay. Pada 15 April 1783, kongres menyepakati traktat terahir. Ditandatangani pada 3 September, traktat Paris mengakui kemerdekaan, kebebasan dan kedaulatan penuh 13 negara bagian yang dulunya disebut Negara koloni. Negara serikat baru terentang kebarat sampai sungai Mississipi, keutara sampai Kanada dan keselatan sampaiFlorida, yang dikembalikan ke Sepanyol. Koloni muda yang disebut oleh Richard Henry Lee lebih dari tujuh tahu lalu akhirnya menjadi Negara yang bebas dan merdeka.

RESENSI Sejarah Peradaban Islam

Bagian 1
RASULULLAH SAW.
SEBAGAI USWAH HASANAH
(Telaah Kritis Dalam Ilmu Sejarah) 


I. PENDAHULUAN

Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus Tuhan kepada seluruh umat manusia dan menjadi penyempurna dari ajaran-ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi Allah yang terdahulu. Beliau lahir di tengah-tengah masyarakat Bangsa Arab jahilia yang menjadikan nafsu sebagai panglima, mempertuhan materi dan kekayaan serta membanggakan nazab dan keturunan. Di tengah masyarakat yang meraba-raba dalam kegelapan moral yang pekat dan etika yang bobrok, beliau menyalakan pelita kebenaran yang rahmatan lil’alamin.

Beliau damaikan suku-suku yang bermusuhan dan yang terperangkap dalam bingkai ashabiah yang berserahkan dan menyesatkan manusia secara permanent ke dalamnya lalu di simpan dalam kotak sejarah, kemudian didamaikan dalam sebuah keluarga besar “Islam”. Dua puluh tahun lebih beliau bekerja keras dan akhirnya berhasil.

II. ANALISA KRITIS TERHADAP SEJARAH NABI

Pada awal abad kedua nama Muhammad bin Ishak (meninggal 152 H.) yang menulis sebuah sirah yang dikenal dengan sirah Ibn Ishaq. Selanjutnya pada paroh kedua abad kedua terkenal tiga sejarah Nabi yang dijadikan sumber rujukan sejarawan-sejarawan sesudahnya. Ketiganya itu ialah Al-Magazi tulisan al-Waqidi (meninggal 207 H.), At-Tabaqat al-Kubru tulisan Muhammad bin Sa’ad (207 H.), dan As-Sirah an-Nabawiyyah tulisan Ali bin Hisyam (meninggal 218 H.), yang disebut terakhir menulis sitah-nya dengan member komentar serta studi kritis terhadap karya Ibn Ishaq yang ditulis setengah abad sebelumnya. At-Tabari pada akhir abad ketiga yang menulis catatan-catatan hidup Nabi, juga banyak mengutip dari tulisan-tulisan sebelumnya.

Sebagai pengikut Nabi Muhammad saw. kita dituntut menjadikannya sebagai uswah hasanah atau suri tauladan. Untuk itu kita harus memahami perilakunya sehingga apa yang dicontohkan Beliau dapat diteladani. Sumber pokok untuk memahami perilaku Nabi adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an memberikan petunjuk kepada kita perilaku nabi yang sifatnya umum dan absolut serta manusiawi. Aplikasi dari perilaku Beliau itu tercermin dalam sejarah hidupnya. Untuk memperoleh fakta sejarah dari data-data sejarah tentang perilakunya, kita hendaknya bertitik tolak pada perilakunya yang absolute dan universal sebagai mana yang terdapat dalam Al-Qur’an, lalu kita mencari hukum-hukum umum yang mendasari segala perbuatan dan tindakannya.


Bagian 2
BANI ABBASIAH
(Sebuah Potret Dalam menguak Makna Sejarah)


I. Pendahuluan

Dari limit waktu yang begitu panjang khalifah bani Abbas memegang dan menguasai bola politik di bagdad, maka para ahli sejarah dan sejarahwan mensejarahkan bahwa Islam membagi periodisasi pemerintahan Abbasiyah itu kepada lima periode. Adapun periodisasi yang dimaksud adalah :
  1. Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M). Kekuasaan periode ini berada ditangan para khalifah atau disebut juga periode pengaruh Persia pertama.
  2. Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M). Pada periode ini kekuasaan hilang dari tangan para khalifah atau masa ini disebut masa pengaruh Turki pertama.
  3. Periode ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M). masa kekuasaan dinasti Buwaihi dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
  5. Periode kelima (590 H/1194 M – 656 H/1254 M). masa khalifah Abbas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
II. Dinasti-dinasti Kecil di Barat dan di Timur Bagdad

Dinasti-dinasti yang lahir menuntut independensi diri untuk melepaskan dari kekuasaan Bagdad disebabkan karena tidak terkontrolnya secara seksama daerah tersebut.

Adapun dinasti yang dimaksud antara lain adalah :

a) Yang berbangsa Arab dan Turki
  1. Idrisiah di Maroko (172 – 375 H/788 – 985 M)
  2. Aghlabiyyah di Tunisia (184 – 289 H/800 – 900 M)
  3. Thuluniyah di Mesir (254 – 292 H/837 – 903 M)
  4. Ikhsidiyah di Turkisan (320 – 560 H/932 – 1163 M)
b) Yang berbangsa Persia
  1. Tahariyyah di Khurasan (205 – 259 H/820 – 872 M)
  2. Syafariyah di Fars (254 – 290 H/868 – 901 M)
  3. Samaniyah di Transoxania (261 – 389 H/873 – 998 M)
Bani Abbasiyah dalam lintasan sejarah mengalami puncak kejayaan Islam yang luar biasa. Meskipun banyak tantangan dan gangguan yang dihadapinya, bahkan gerakan-gerakan politik yang merongrong pemerintah dan mengganggu stabilitas kekhalifahan pada waktu itu tetapi semua itu dapat diatasi.

Perkembangan kebudayaan dan peradaban serta kemajuan besar yang dicapai dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah dari pendahulunya. Kehidupan mewah khalifah-khalifah ini ditiru oleh oleh para hartawan dan anak-anak pejabat. Kecenderungan bermewah-mewa ditambah dengan kelemahan khalifah dan factor lainnya menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin. Kondisi ini memberi peluang kepada tentara professional membuat independent posisinya.

Disisi lain Bani Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan dari pada politik dan ekspansi biasanya propinsi-propinsi tertentu dipinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas, seperti Idrisiah di Maroko, Aghlabi di Tunisia, Thulunia di Mesir, Iksidiah di Turkistan, Tahariyah di Khurasan, Sahfariyah di Fars, Sammaniyah di Transoxania dan lain-lain. Semuanya itu diakibatkan adanya kebijakan yang tidak proporsional. Tapi, bagaimana pun juga kita harus mengakui bahwa kemenangan dan kekalahan, kepuncakan kejatuhan, kebahagiaan dan kesedihan semuanya itu dipergilirkan Allah kepada manusia.


Bagian 3
KERAJAAN USMANI :
HEGEMONI POLITIK, MILITER, SENI DAN AGAMA

A. PENDAHULUAN

Kondisi politik Islam mengalami perkembangan lagi ketika tampil tiga kerajaan terbesar disekitar tahun 1500 – 1800 M. yaitu kerajaan Safawi di Persia, kerajaan Mughal di India dan kerajaan Usmani di Turki. Sebagian sejarawan membagi dua periode tiga kerajaan ini. Pertama, periode perkembangan dan kemajuannya (1500 – 1700 M), kedua, periode kemunduran (1700 – 1800 M).

Diantara ketiga kerajaan besar itu kerajaan Usmani adalah yang paling besar dan lama, sekitar enam setengah abad. Wilayah kekuasaannya yang paling luas ketika semua kerajaan Islam yang besar telah mengalami kehancuran oleh politik kaum penjajah Barat. Kerjaan Usmani masih bertahan hingga 1924.

B. ASAL – USUL PEMBENTUKANNYA

Bangsa Turki mempunyai dua dinasti yang berhasil mengukir sejarah dunia. Pertama, dinasti Turki Saljuk, dan kedua dinasti Turki Usmani. Kehancuran dinasti Saljuk oleh serangan pasukan Mongol, merupakan peluang besar terbentuknya dinasti Turki Usmani (selanjutnya disebut kerajaan Usmani).

Pendiri kerajaan tersebut adalh bangsa turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah Negeri utara Cily. Dalam limit waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke Sembilan atau kesepuluh. Ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk didaratan tinggi Asia kecil.

C. PERLUASAN WILAYAH

Turki Usmani melakukan penetrasi wilayah secara besar-besaran untuk kepentingan perang Orkhan (1324-1360 M), pengganti Usman I membentuk pasukan khas yaitu jurusan yang terdiri atas mu’alat yang berasal dari Tuorgia dan Aremenia yang pada umumnya menganut tarekat Baktasyl. Dengan keteguhan pasukan tersebut Orkhan berhasil menaklukan Broessa (Turki), Izmi (Asia Kecil) dan Aukara I (1360-1389). Pengganti Orkhan berhasil menaklukan Bukhara, Audrianopel (Turki), Mecedoma, Sota (Bulgaria), Bayazia I (1389-1462), pengganti Murad I dapat merebut benteng Philadephia, Theramaia dan Kirman (1391 M). Pada zaman Bayazid I, Turki Usmani sudah menjadi bangsa besar karena wilayahnya sangat luas dan disegani oleh kerajaan keristen di Balkan dan Eropa Timur. Ketika itu Turki Usmani sangat maju dan menjadi salah satu pusat peradaban di dunia. Oleh karena itu, Turki dianggap sebagai ancaman bagi Eropa.

D. KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA USMANI

1. Bidang Politik

Sultan Usmani bi’n Ertoghral. Pada tahun 1299 tampil memikul tanggung jawab kepemimpinan orang-orang Turki Usmani setelah ayahnya meninggal (pada tahun yang sama, dinasti Saljuk hancur dibekuk oleh pasukan Mongol dan membunuh sultan Alauddin. Dalam situasi yang demikian itu, Sultan Usmani bin Eroghral memproklamasikan kemerdekaan. Wilayahnya atas proklamasi tersebut para pembesar Saljuk, para pejuang yang menetang kekuasaan Mongol, para sufi, Ulama dan orang-orang Turki sendiri berbondong-bondong membuatnya sehingga daerah dinasti saljuk menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Usmani.

Dengan demikian kerajaan Usmani pada masa kekuasaan Sultan sulaywah al Qununy, wilayah kekuasaannya meliputi Asia Timur, Armenia, Irak, Suria, Hijas dan Yaman. Di benua Asia, Mesir Libia, Tunisia, Aljazair. Di benua Afrika, Yunan, Bilgaria, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania benua eropa.

2. Bidang Militer

Kekuasaan militer kerajaan Usmani diorganisir oleh sultan Orehan dengan jalan perombakan. Orang-orang non-Turki direkrut menjadi anggotanya. Mereka direkrut dari anak-anak keristen secara paksa dan suka rela menyerahkan anak-anaknya untuk dididik menjadi anggota militer. Karena kesempatan manaknya membina karier yang lebih baik dikemudian hari di samping adanya jaminan kehidupan, karena diperlakukan seperti anak-anak sultan.

Selain itu angkatan laut dibangun karena ia memiliki peranan penting dalam perluasan dan pemantapan kekuasaan, kerajaan Usmani Abu Al-hasan Aly al-Husny al-Nadawy mengemukakan bahwa pada tahun 945 H/1549 M armada kerajaan Usmani memililki 3000 bus kapal. Angkatan lautnya sangat kuat sehingga laut hitan dianggap sebagai dalamnya. Tidak ada bangsa asing yang diizinkan memasukinya. Dengan kekuatan angkatan lautnya, gabungan angkatan laut Yunan, Venesi, Spanyol, Portugal malah diporak porandakan.

3. Bidang Seni

Orang-orang turki menerima ilmu dan Islam dari bangsa arab, sehingga bangsa arab dianggap sebagai guru mereka. Oleh karena bangsa arab itu, Kerajaan Usmani menjadikan huruf Arab sebagai huruf resmi sampai dihapuskan oleh Mustafa kemal al-Aturh pada tahun 1928 M dan diganti dengan huruf lain. Mereka banyak mengambil ajaran-ajaran etika dan meniru, politik bangsa Persia, seperti tata karma penghormatan kepada sultan. Mereka meniru bangsa Persia karena mereka mempunyai hubungan histories sebelum dan sesudah hijrah ke Asia Barat. Sedangkan Bizauntium mereka meniru organisasi militer dan susunan pemerintah.

Pada kurun waktu satu setengah abad, sebelum penaklukan kota-kota Konstantinopel, kerajaan Usmani membangun Mesjid, gedung-gedung perguruan dan lain-lain. Arsitektur Islam gaya Usmani pada awalnya cenderung menlanjutkan arsitektur bani Saljuk yang berkuasa sebelumnya.

Disamping Arsitektur, kaligrafi mengalami kemajuan pula, kaligrafi Islam menghiasi sekolah-sekolah dan bangunan-bangunan lainnya. Yang paling besar sumbangannya terhadap kemajuan kaligrafi Islam di kerajaan Usmani adalah Syaikh Hamdullah al-amtsy (wafat 1520 M) dia memiliki sebagian kaligrafi terbesar pada zaman kerajaan Usmani. Dia mengajarkan kaligrafi kepada Sultan Bayzia II yang sangat menghargainya.

4. Bidang Agama

Agama mengalami perkembangan pesat pada zaman kerajaan Usmani, yaitu dari aspek tasawuf dan tarekat yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyl dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut khususnya oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Maulawi didirikan oleh pengikut Maulawa Jalal al-Din al-Rumly. Administrasi tarekat ini berada ditangan di konyo. Ketuanya diangkat dan diberhentikan oleh Baktesy Veli yang lahir di Hurasan dan Prudsh Anatoli pada 1281 M.

Dalam uraian tersebut bahwa :
  1. Kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Usmani dalam spectrum sejarahnya banyak ditekankan oleh karakteristik orang-orang Turki Usmani yang selalu ingin maju, berjiwa militer. Selalu aktif, inovatif, kreatif termasuk penektrasi wilayah yang sangat strategis dan situasi Negara-negara sekitarnya dalam keadaan takjub melihat kemajuannya.
  2. Kemajuan yang telah dicapai kerajaan Usmani baik dalam aspek politik, militer serta arsitektur Islam dan Agama, merupakan citra tersendiri dan tentunya belum menyaingi kemajuan islam pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah pada masa itu.


Bagian 4
ISLAM DI SPANYOL DAN SICILIA 


I. PENDAHULUAN

Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bias dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik ketika Islam mencapai mas keemasannya. Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting. Bahkan menyaingi Bagdad di Timur. Orang-orang Eropa Kristen banyak belajar diperguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi “guru” bagi Eropa . karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian sejarawan.

II. ISLAM DI SPANYOL

A. Asal-usul dan Perkembangannya

Sebelum penakukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya salah satu propinsi dari dinasti Umayyah. Penguasaan daerah ini terjadi pada masa khlifah Abdul Malik (685-705 M). Penaklukan atas wilayah afrika utara itu memakan waktu selama 53 tahun (mulai dari pemerintahan Muawiyah sampai pada masa Al-Walid) yaitu pada tahun 83 H. namun sebelum dikalahkan oleh Islam. Dikawasan ini sudah menjadi basis kekuatan kerajaan Romawi yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan inilah yang sering menghasut penduduk agar menetang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, maka umat Islam memulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.

Dengan ditaklukannya Spanyol oleh wilayah Barat, oleh pasukan Islam dimasa Al-Walid dan dilanjutkan kewilayah Perancis Selatan pada masa Umar Ibn Abd Azis ditambah dengan pasuka wilayah timur, membuktikan bahwa Islam berhasil menjadi Negara adikuasa pada mas dinasti Umawiyah.

B. Perkembangan Islam di Spanyol

Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi 6 periode, yaitu :

1. Periode pertam (711-755 M)

Periode ini dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik belum tercapai sempurna, masih terdapat gangguan baik dari dalam dan luar.

2. Periode kedua (755-912 M)

Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir, tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintah Islam yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Pada masa ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Ini terlihat dengan didirikannya mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota Spanyol.

3. Periode ketiga (912-1013 M)

Ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd. Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai runtuhnya “Raja-raja Kelompok” yang dikenla dengan sebutan Muluk Al-Thawaif. Periode tersebut, Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Kemajuan yang dicapai telah mencapai puncak dan kejayaan, menyaingi daulah Abbasiyah di Bagdad. Abd Al-rahman Al-Nashir telah mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya pun memiliki koleksi ratusan ribu buku. Pada masa inilah masyarakat dapat menikati kesejahteraan dan kemakmuran, pembangunan kota berlangsung cepat.

4. Periode keempat (1013-1086 M)

Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil dibawah pemerintahan Raja-raja Golongan, yang berpusat di Seville, Cordova, Toledo dsb. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki perikaian intern.

5. Periode kelima (1086-1248 M)

Dinasti Murabhitun (1086-1143) merupakan satu kekuatan disela-sela terpecahnya beberapa Negara. Dinasti ini pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibnu Tasyfin di Afrika Utara dan pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy.

6. Periode Keenam (1298-1492 M)

Periode Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah Dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi secara politik Dinasti ini hanya berkuasa di wilayah kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Pada periode inilah menandai berakhirnya kekuasaan Islam di Spanyol.

C. Kemajuan yang dicapai

Bagian ini akan dikemukakan tentang kemajuan yang dicapai Islam di Spanyol, yang meliputi kemajuan dibidang fisik dan non fisik.

i. Kemajuan Dibidang Fisik

Pembangunan fisik yang paling menonjol dapat dilihat seperti di Cordova (ibu kota Spanyol sebelum Islam). Oleh umat Islam kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan dibangun diatas sungai yang mengalir ditengah kota, dan mesjid Cordova yang merupakan mesjid kebanggaan.

ii. Kemajuan Dibidang Non Fisik

Kemajuan dalam bidang nono fisik dapat dilihat sebagai berikut :

a. Filsafat

Tokoh utama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Al-Sayigh (Ibn Bajjah). Corak pemikiran filsafatnya mirip dengan pendahulunya Al-Farabi dan Ibn Sinayang cenderung etis dan eskatologis. Karya terbesarnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.

Tokoh kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy. Ia banyak menulis maslah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang paling terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan. Filosof khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fikh dengan karyanya Bidayah Al-Mujtahid.

b. Sains

Dalam bidang ini terdapat beberapa ahli antara lain : Abbas Ibn farmas termasyhur dalam bidang kimia dan astronomi. Ia adalah orang yang pertama kali menemukan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam bidang astronomi, ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ahmad Ibn Ibas dari Cordova adlah ahli dibidang obat-obatan serta Umm Al-Hasan Bin Ali Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah 2 orang ahli kedokterandari kalangan wanita.

c. Fikih

Dalam fikih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganit Mazhab Maliki yang diperkenalkan oleh Yazid Ibn Abd Rahman.

d. Music dan Kesenian

Dalam bidang music dan seni suara Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan Ibnu Nafi yang dijuluki Zavyab.

e. Bahasa dan Sastra

Dalam bidang bahasa dan sastra telah ditetapkan bahasa Arab menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Spanyol, selain itu juga banyak ahli yang mahir dalam bahas Arab, antara lain Ibnu Sayyidih, Ibnu Malik pengarang Alfiyah, Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hajj, Abu Al-Hasan Ibnu Ushfur dan Abu Hayyan Al-Garnathi.

D. Kemunduran dan Kehancuran

Beberapa factor yang menjadi penyebab kemunduran Islam Spanyol, antara lain :

i. Konflik Islam dengan Kristen

Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna mereka sudah puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan adat dan hokum asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-rang Spanyol Kristen. Hal inilah yang senantiasa menyebabkan pertentangan antara Islam dan Kristen.

ii. Tidak Adanya Idiologi Pemersatu

Kalau ditempat-tempat lain para Muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, maka di Spanyol orang-orang Arab tidak pernah menerima pribumi, hingga abad ke 10 M mereka masih member istilah Ibad dan Muawwadun kepada para muallaf itu yakni suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Hal ini mengakibatkan etnis-etnis non Arab sering merusak perdamaian. Kesemuanya ini disebabkan karena tidak adanya idiologi yang bermakna.

iii. Kesulitan Ekonomi

Oleh karena para penguasa pada paruh kedua masa Spanyol lebih memperhatikan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan kota maka pengembangan pembinaan dibidang perekonomian terlalaikan.

iv. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan

Perebutan kekuasaan diantara ahli waris juga menjadi salah satu factor kemunduran. Perebutan kekuasaan antara orang-orang istana menimbulkan perselisihan sehingga diantara mereka ada yang meminta bantuan dari penguasa Kristen. Abu Abdullah Muhammad sebagai penguasa yang sah dinasti Ahmar tidak mampu menahan serangan-serangan Kristen dan akhirnya mengaku kalah dan selanjutnya menyerahkan kepada Ferdenand dan Isabela, dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 setelah berkuasa selama tujuh abad lebih.

III. ISLAM DI SICILIA

A. Asal-usul dan Perkembangannya.

Di Tunis Dinasti Aghlabi berkuasa dari tahun 800 SM/96 M kerajaan ini dibentuk oleh Ibrahim Aghlab. Gubernur yang diangkat oleh Harun ar-Rasyid, dinasti inilah yang menyerang dan menguasai Sicilia dan dilator belakangi oleh adanya konflik intern penguasa Romawi yang pada waktu itu bani Aghlab diperintah oleh Amir Zayadatullah. Konflik intern ini ditandai dengan adanya perintah Kaisar Romawi Konstantinopel pada tahun 211 H, untuk menangkap seorang perwira yang bernama Fimi.

Pada bulan Rabiul Awal 212 H/827 M Sicilia berada dalam kekuasaan Bani Aghlab. Dinasti Aghlabiyah berkuasa di Sicilia dan kekuasaanya berlangsung terus hingga masa Fatimiyah. Daulah Fatimiyah mulai menguasai Sicilia sejak masa Ubaidillah al-Mahdi mengalahkan Aghlabiyah.

Daulah Fatimiyah juga sangat tertarik untuk menguasai Sicilia, karena alas an politik dan ekonomi. Mereka ingin mendirikan Negara Besar Laut Tengah dan merencanakan untuk membuat Sicilia sebagai pangkalan angkatan bersenjata agar segi ekonomi mereka berpendapat bahwa Sicilia adalah daerah produktif.

B. Kemajuan Islam di Sicilia

Sejak Sicilia dikendalikan oleh Islam maka wilayah tersebut berkembang pesat. Sicilia merupakan pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam sehingga Islamisasi sains dan kultur islam mewarnai Sicilia dan sekitanya. Banyak mesjid dan pergutruan tinggi didirikan seperti disebutkan bahwa Universitas yang didirikan dikota tersebut kebesarannya mampu menandingi Universitas Cordova di Baghdad.

Perekonomian di Sicilia juga tergolong maju, hal ini dilihat dari adanya factor ketertarikan Daulah Fatimiyah untuk menguasai Sicilia. Daerah Sicilia adalah daerah produktif penghasil buah-buahan, emas, perak, timah, air raksa dan hasil tambang lainnya.

C. Kemunduran Islam di Sicilia

Kekacauan dari pihak Islam maupun dari luar Islam adalah salah satu factor yang berpengaruh terhadap kemunduran ini. Terbukti dalam usaha penguasa Kristen untuk mengembalikan Sicilia kepangkuannya. Penguasa Romawi tiada hentinya berusaha untuk merebut kembali Sicilia dari gengggaman umat Islam.

Kehancuran dan kemunduran Islam di kedua wilyah tersebut dikarenakan oleh factor internal dan eksternal. Factor internal yakni terjadinya perebutan kekuasaan diantara penguasa yang pada akhirnya ada yang meminta bantuan kepada penguasa Kristen untuk mengembalikan bumi ERopa yang dikuasai oleh orang Isalm kepangkuannya.


Bagian 5
PERANG SALIB
(LATAR BELAKANG DAN AKIBATNYA)

A. Pendahuluan

Dalam waktu kurang lebih seratus tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Para penggantinya (Khalifah-khalifah) mendirikan suatu kerajaan yang lebih besar dari pada Roma. Guncangan terhadap tata internasional dan terutama Kristen tak terelakkan adalah sesuatu yang sulit diterima oleh akal bahwa suku-suku di Arab mampu bersatu dan mendukung kerajaan Bizantium (Roma Timur) yang tak terkalahkan selama abad VII dan VIII. Menjelang akhir abad itu tentara muslim terus melancarkan perluasan wilayahnya.

Banyak alasan mengapa ekspansi Arab itu cepat dan berhasil, karena terkurasnya kekuatan kekaisaran Bizantium dan Persia, setelah peperangan bertahun-tahun, ketidak puasan rakyat kepada penguasa, keterampilan para prajurit Badwi dan daya tarik rampasan perang. Namun, ketika fakta yang terutama adalah berdirinya Negara dan perang Islam dalam mempersatukan berbagai suku dan memberikan pengertian akan arti tujuan yang lebih besar.

B. Sebab-sebab Terjadinya Peperangan

Sebab-sebab terjadinya Perang Salib, menurut Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil adalah :
  1. Perasaan agama yang kuat; orang-orang Kristen meyakini kekuatan gereja dan kemampuannya untuk menghapus dosa setinggi langit.
  2. Perlakuan kasar orang-orang Saljuk terhadap orang-orang Kristen; Negara Islam selain dinasti Saljuk memperlakukan orang-orang Kristen sesuai dengan semangat toleransi Islam. Mereka izinkan orang-orang Kristen menunaikan ibadah di gereja-gereja suci di Baitul Maqdis. Dilain pihak, orang-orang Saljuk bersikap keras terhadap mereka karena orang-orang Saljuk belum lama memeluk agama Islam.
  3. Ambisi pribumi sri Paus; Sri Paus berambisi menggabungkan gereja Timur kedalam kekuasaanya. Merasa posisinya agak kuat, maka obsesinya meningkat, yaitu menjadikan dunia Kristen seluruhnya menjadi satu Negara religious yang dipimpin langsung Sri Paus dan mengusir kaum Muslimin dari Baitul Maqdis. Selain itu kegemaran tentara-tentara dan tokoh-tokoh Kristen berpetualangan ke Negara-negara lain dan ambisi para penguasa mendirikan pemerintahan Barat di dunia Timur.
Bila ditelaah mendalam sebab-sebab terjadinya Perang Salib itu dapat dikategorikan dalam sebab-sebab langsung (Immediate Cause) dan sebab-sebab terpendam (Underline Cause). Sebab-sebab langsung dari Perang Salib antara lain :
  1. Ancaman Bani Saljuk terhadap Imperium Bizantium (Romawi Timur) dengan menaklukan daerah-daerahnya.
  2. Penguasa Bani Saljuk melarang/menghalangi orang-orang/Kristen yang akan berziarah ke Baitul Maqdis di Palestina.
  3. Adanya seruan dari Sri Paus untuk melaksanakan perang suci merebut kembali kuburan suci dari kaum muslimin
Sebab-sebab terpendam dari Perang Salib adalah :
  1. Penaklukan daerah-daerah Kristen oleh umat Islam. Tentunya penaklukan itu membangkitkan emosi pemimpin-pemimpin orang Kristen untuk melakukan pembalasan yaitu menaklukan daerah-daerah yang dikuasai umat Islam.
  2. Hubungan yang kuarng baik antara kaisar Bizantium di Konstantinopel dengan Paus Urbanus II di Roma. Hubungan ini dapat diperbaiki dengan ikut sertanya Paus dalam Perang Salib itu. Setelah permintaan dari Kaisar Bizantium, Kaisar berusaha untuk mempertahankan kota Konstantinopel dari serangan Bani Saljuk, setelah beberapa daerahnya jatuh ketangan umat Islam. Karena itu kaisar memohon bantuan Paus untuk mengorganisir suatu peperangan melawan umat Islam. Karena Paus bermaksud memperbaiki hubungan dengan kaisar, maka permintaannya disetujui.
C. Akibat Perang Salib

Ada beberapa unsure dalam Perang Salib yang perlu dianalisa :
  1. Dalam perang salib tentunya terdapat suatu ide atau cita-cita yang akan dibela. Ide atau cita-cita itu adalah mempertahankan agama Kristen dari umat Islam.
  2. Agar ide-ide itu dapat dipahami oleh setiap orang yang ikut dalam perang salib itu, maka diperlukan adanya tokoh-tokoh yang menginformasikan ide tersebut. Dalam hal ini adalah Paus Urbanus II dan pemimpin agama yang lain dan bangsawan-bangsawan Eropa.
  3. Untuk melibatkan kaum Kristen dalam perang salib ini diperlukan adanya mobilitas (Mobilization to action). Ide atau cita-cita yang diperjuangkan itu merupakan salah satu cara untuk mobilitas tersebut. Selain itu digunakan lambing-lambang suci seperti tanda salib dan pembabtisan,
  4. Faktor-faktor pencetus perang salib tersebit dapat berfungsi dengan baik, karena tidak ada control dari pihak lawan, pemerintah Islam yaitu Bani saljuk dan Daulat Abbasyiah. Control lemah oleh karena factor komunikasi yang sulit apalagi konsentrasi pasukan diadakan di daerah yang tidak dikuasai.
Perang Salib berhenti karena kekalahan-kekalahan yang di derita kaum Salib di Timur. Sekalipun mereka kekalahan, mereka mendat keuntungan yang berharga yang mengantarkan timbulnya Reneissans Eropa yang kemudian membawa kemajuan peradaban Barat.

Umat Islam sekalipun berhasil menghancurkan tentara Salib dan menghalau dari dunia Timur, sebenarnya tidak mendapatkan menafaat dalam perkembangan budaya dan peradaban, melainkan kehancuran. Dalam dunia Islam yang sempat diduduki kaum Salib adalah kerajaan-kerajaan yang mempunyai peradaban yang sudah maju dan berbudaya tinggi maka sudah barang tentu kebudayaan itu yang pada gilirannya dapat memanfaatkan untuk kejayaan Negara, bangsa dan agama.


Bagian 6
HEGEMONI FILSAFAT YUNANI
(SUATU TINJAUAN SEJARAH)

I. PENDAHULUAN

Sejarah pemikiran filosofi masuk ke dalam dunia Islam melalui falsafat Yunani yang dipimpin ahli-ahli fikir Islam di Surya, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Kebudayaan dan falsafat Yunani dating ke daerah-daerah itu dengan ekspansi Alexander yang Agung ke Timur di abad ke empat sebelum Kristus. Politik Alexander untuk menyatukan kebudayaan Yunani dan kebudayaan Persia meninggalkan bekas besar di daerah-daerah yang pernah dikuasainya dan kemudian timbullah pusat-pusat kebudayaan Yunani Timur, seperti Alexandria di Mesir, Antioch di Surya, Jundisyapur di Mesopotamia dan Bactra di Persia.

II. PERKEMBANGAN FILSAFAT

Sejarah menunjukkan bahwa kini filsafat tidak lagi membawa pemikiran pada subjek besar sebagaimana masa lalu, kemajuan ilmu pengetahuan dan terutama ilmu pengetahuan yang telah menggiyahkan dasar-dasar pemikiran filsafat. Banyak hal yang semula merupakan salah satu bagian dari ilmu filsafat yang membahas tentang ilmu asal (Epistimologi), kini telah menjadi topic pokok perhatian dari pada ilmu-ilmu filosofi dan psikologi.

Dengan jasa ilmu filsafat yang fungsional, banyak tokoh-tokoh pemikir yang termasyhur baik Socrates, Plato, Aristoteles dan lain-lain. Begitu juga tokh pemikir di kalangan umat Islam, seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Rusyd, Ibn Sina dan sebagainya. Semua tokoh pemikir caliber tersebut terilhami ilmu filsafat yang mengubah budaya dan peradaban manusia yang semakin mensemesta di sentero alam jagad raya.

III. ISLAM DAN PEMIKIRAN HELLENISME

Ketika Islam lahir, bangsa Arab dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang berkebudayaan tinggi dan megah, seperti Persia, Romawi, Yunani dan India. Sebagai masyarakat yang baru lahir, jika Islam hendak memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi, maka harus mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa lain yang jauh lebih maju. Usaha itu telah dilakukan oleh umat islam di zaman klasik, khususnya di zaman sejak masa Dinasti Umayyah.

IV. FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut secara lebih rinci dikemukakan sebagai beikut :
  1. Filsafat, dalam arti analisa filsfat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan.
  2. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat pendidikan tentu mempunyai relefansi dengan kehidupan nyata.
  3. Filsafat termasuk juga filsafat pendidikna juga mempunyai fungsi memberi pentunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.
Filsafat pendidikan suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi normative ilmiah, yakni :
  1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan serta isi moral pendidikan.
  2. Kegiatan merumuskan system atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan person pendidikan dalam membangun masyarakat dan Negara.
V. HUBUNGAN ILMUAN MUSLIM DENGAN FILSAFAT YUNANI

Ada tiga factor yang meyebabkan lahirnya filsafat Yunani, adalah :
  1. Bangsa Yunani kaya akan mitos dan hal itu adalah awal untuk mengetahui dan mengerti sesuatu.
  2. Beberapa karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong lahirnya filsafat Yunani yang berisi pedoman hidup dan nilai-nilai edukatif.
  3. Pengaruh ilmu pengetahuan yang berasal dari Babilonia di lembah sungai Nil. Ilmu-ilmu tersebut hanya dipelajari aspek praktisnya saja tetapi juga aspek teoritis kreatifitasnys.
Zaman Yunani terbagi dua periode, yaitu :
  1. Yunani kuno, dengan ahli pikir alam (kosmologi) antara lain Thales, Anaximenes, Phytagoras, Demokritos dan lain-lain.
  2. Yunani klasik dengan ahli fikir seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles.
Filsafat Yunani ditentukan oleh umat Islam dalam samaran bahasa Syiria yang merupakan campuran antara pikiran Plato dan Aristoteles. Sebagaimana yang telah ditafsirkan dan diolah oleh para filosof selama berabad-abad sepanjang masa Hellenisme. Pemikiran Yunani yang masuk ke dunia Islam tidak datang dari manuskrip-manuskrip yang asli, vitalitas ilmuan dan filosof Yunani telah berakhir dengan mundurnya museum Alexanderia. Jembatan yang menghubungkan antara pengetahuan Hellenisme dengan budaya Islam adalah penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Syiria yang dimengerti oleh ilmuan Persia, Yunani, Yahudi dan Kristen yang sedang mencari kebebasan. Beragam intelektual di Persia selama dua abad sampai kerajaan susahnya ditaklukan oleh bangsa arab.

Filsafat Yunani adalah kegiatan berfikir yang dilakukan oleh para filosof Yunani untuk mencari hakekat kebenaran yang penuh kebijakan dalam menata tata dunia baru yang lebih bijaksana, elegan dan dinamis dalam mengapresisikan pemikiran-pemikiran yang konstruktif. Dengan adanya pendidikan, manusia semakin berbudaya dan berperadaban dalam mengembangkan kepribadiannya yang lebih kreatif, inovatif dan produktif.

Ketertarikan umat islam terhadap kebudayaan Yunani dilanjutkan dengan penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan ini pertama kali dilaksanakan di masa Dinasti Umayyah. Ketertarikan umat islam akan warisan Yunani semakin besar setlah terjadi kontak yang makin dekat dengan warisan Yunani. Semenjak al-Mansur naik tahta, umat islam semakin hari semakin terbawa oleh pengaruh peradaban Yunani.

Filsafat Yunani mulai berpengaruh di kalangan ilmuan muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasyiah ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Syiria oleh Huyamin dan anaknya menerjemahkan dalam bahasa Syiria ke bahasa Arab.

Al-Ma’mun adlah khlaifah yang banyak jasanya dalam menerjemahkan ini dengan tidak segan-segan membayar biaya penerjemah berupa emas seberat yang diterjemahkan. Karya-karya Yunani yang dibaca oleh ilmuan Muslim ini memberikan motivasi untuk menggunakan logika dan membahas ajaran Islam dan mengembangkan gaung nilai-nilai ilmu di seantero alam ini.



Bagian 7
GERAKAN SOSIAL MUHAMMADIYAH
(ADAPTASI ATAU REFORMASI)

A. Latar Belakang

Organisasi Muhammadiyah adalah organisasi keagamaan yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 november 1912 di Jogjakarta yang dilatar belakangi oleh berbagai factor pada waktu itu. Pada dasarnya Muhammadiyah mengarahkan langkahnya pada dasar pemikiran untuk kembali pada kemurnian tauhid yang diajarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Dari pola gerak langkah itulah kenudian gerakan Muhammadiyah disebut gerakan reformasi yang dalam Muhammadiyah sendiri dikenal dengan istilah Tajdid.

B. Gerakan Muhammadiyah (Adaptasi atau Reformasi)

Sebagai gerakan pembaharuan, maka oleh HAR. Gibb dalam bukunya Modern trends in Islam dikatakan bahwa bidang garap yang utama dari golongan pembaharuan ada 4 pokok, yaitu :
  1. Mensucikan Islam dari pengaruh yang tidak benar (TBK)
  2. Pembaharuan Pendidikan yang lebih tinggi derajat dan martabatnya bagi kaum muslimin.
  3. Pembaharuan rumusan ajaran Islam menurut alam pikiran modern.
  4. Pembelaan Islam terhadap pengaruh Barat dan ajaran Kristen.
Ada beberapa tantangan perlu menjadi perhatian dari organisasi ini, antara lain :
  1. Penyebaran wawasan Idiologi; berbagai masalah yang muncul dibidang ekonomi, social budaya pada akhir abad ke 20 ini menuntut adanya kerangka teologis yang responsive. Dari masalah ketidak adilan sampai pelecehan morak memerlukan paradigm teologis yang pas.
  2. Tantangan dalam pembangunan SDM, umat islam yang mayoritas sering dianggap sebagai minoritas kualitatif, sebagai belum tangguh dan andal. Dari segi kualitatif memang mayoritas tetapi kualitatif menjadi minoritas.
  3. Tantangan agar Muhammadiyah menjadi alat pembaharuan pemikiran maupun aksi social keagamaan yang produktif dan harus bias membenahi diri.
Oleh Mukti Ali disebutkan bahwa amal usaha Muhammadiyah itu memiliki 4 fungsi, yaitu :
  1. Membersihkan Islam Indonesia dari pengaruh-pengaruh kebiasaan-kebiasaan yang bukan islam.
  2. Reformulasi doktrin-doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern.
  3. Reformasi jaran-ajaran dan pendidikan Islam.
  4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan-serangan dari luar.
Selanjutnya Amin Rais mengemukakan lima doktrin Muhammdiyah yang hingga sekarang tetap hidup di kalangan Muhammdiyah sebagai obyek dalam melaksanakan gerakan pembaharuan, yaitu :
  1. Tauhid
  2. Pencerahan Umat
  3. Menggembirakan Amal Salih
  4. Kerjasama untuk Kebijakan
  5. Tidak Berpolitik Taktis
Dalam perkembangan zaman yang menuntut perubahan di segala aspek maka Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan perlu meninjau dan mengikuti perkembangan transformasi zaman. Oleh karena anggapan dasar tentang lahirnya Muhammadiyah pada zaman lampau tentu sangat jauh berbeda dengan anggapan dasar pada zaman sekarang. Misalnya saja pada zaman penjajahan perjuangan Muhammadiyah ditujukan kepada perlawanan terhadap pengaruh colonial, juga di zaman Hindia Belanda. Akan tetapi sekarang penjajah sudah tidak ada lagi maka missi dapat pula berubah namaya tetapi tetap sama yakni menyebarkan agama Islam dan membina para ummat dengan tidak melupakan kepentingan bangsa dan Negara. Inilah merupakan prinsip transformasi social dalam Muhammadiyah.


Bagian 8
PEMBERONTAKAN
PETANI BANTEN TAHUN 1888
(KEBANGKITAN KEMBALI AGAMA)

I. PENDAHULUAN

Masyarakat Banten dalam abad XIX berada dalam tahap peralihan, sehingga keterangan lama menggejolak kembali. Fakta-fakta menyakitkan, yakni hilangnya privilege dan penghinaan kolektif yang tak terelakkan lagi di zaman kolonial itu, telah menimbulkan rasa dendam dan frustasi yang mendalam dikalangan golongan-golongan dan aliran-aliran tarekat. Kondisi seperti diatas dengan sendirinya merupakan “lahan” yang subur bagi pemberontakan (chaos).

Di dalam aliran masyarakat kolonial, terdapat ketidak cocokan yang teramat tajam antara aspek-aspek tertentu dari praktek-praktek keagamaan tradisional dan lembaga-lembaga kolonial, menimbulkan rasa getir dikalangan pribumi (bumi putera). Mereka dipengaruhi oleh paham-paham mengenai perang sambil melawan kekuasaan orang-orang kafir. Sebagai konsekuensinya, maka cara mereka menilai situasi kolonial itu melahirkan satu tradisi perlwanan psiko-kultural terhadap setiap golongan yang mewakili kekuasaan kolonial.

Elit agama telah mendapat posisi untuk memimpin gerakan pemberontakan Banten pada 1888 dan otoritas mereka yang kharismatik dengan sendirinya merupakan factor penting dalam usaha membina pertumbuhan gerakan itu. Kepemimpinan kharismatik yang urgen di dalam pemberontakan itu merupakan konsekuensi logis dari berbagai kondisi yang kompleks. Di samping tingkat keresahan social yang tinggi dan tak ada cara-cara yang sah untuk menyatakan protes pun perasaan tidak senang di dalam masyarakat Banten.

II. PEMBAHASAN

A. Kebangkitan Agama

Kebangkitan agama pada masyarakat Banten dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya :
  1. Jumlah haji yang terus meningkat, terutama setelah pembukaan terusan suez pada 1870.
  2. Jumlah pesantren meningkat.
  3. Peningkatan jumlah mesjid yang baru. Pada sahlat jum’at, mesjid dikunjungi oleh jemaah yang lebih banyak dari sebelumnya.
  4. Usaha penyebaran surat “Wasitul Nabi” yang berisi peringatan terakhir yang diberikan oleh Nabi Muhammad
  5. Berkembangnya tarekat.
B. Gerakan Pemberontakan

Pada tanggal 9 Juli 1888, mulailah Haji Wasid bersama kelompoknya mengadakan pemberontakan bersenjata. Di Cilegon mereka berhasil membunuh 17 orang. Sesudah pembunuhan ini mereka melakukan perjalanan menuju Serang dengan maksud yang sama yakni memerangi orang “kafir”. Akan tetapi, dalam perjalanan mereka bertemu rombongan serdadu bersenjata 28 bedil yang sedang dalam perjalanan dari Serang menuju Cilegon untuk membantu Belanda. Di desa Toyomerto – antara Cilegon dan Serang – terjadilah pertempuran antara rombongan Haji Wasid dengan serdadu Belanda, dimana sembilan orang pengikut tewas dalam pemberontakan, sehingga menurunkan semangat para pemberontak. Kelompok yang maki kecil ini, masih melanjutkan perjalanan hingga ke Banten Selatan, dimana sisanya terbunuh sebanyak 11 orang lagi akhirnya 94 orang diasingkan karena diduga terlibat dalam pemberontakan ini.

C. Ideologi Jihad : Perlawanan Mutlak

Pada dasarnya, motifasi pemberontakan petanai banten adalah perpaduan antara motif ekonomi (kerja paksa, pajak), politik, sosial (perilaku pegawai belanda dan pribumi yang agak “kasar”, tidak menghormati sikap bebas orang Banten) dan agama, dengan indikasi sebagai berikut :
  1. Patih dan jaksa di Cilegon sependapat dengan Belanda untuk tidak akan mengijinkan lagi orang mukmin sholat di dalam mesjid dan mereka berusaha memusnahkan agama islam.
  2. Patih terlalu tinggi menaikkan beban pajak, meskipun rakyat telah mengajukan permohonan kepada Bupati Serang, tetapi pegawai ini tetap menyerahkan persoalan pajak tersebut kepada patih, ini berakibat jumlah pajak tetap tidak dikurangi.
  3. Pegawai pribumi yang bekerjasama dengan kolonial banyak mempergunakan mata-mata dan mereka mencari pelanggaran hukum yang sangat sederhana tetapi kemudian dihukum berat.
  4. Rakyat biasa sangat marah karena tidak diperlakukan dengan baik, terutama oleh patih dan jaksa.
Dengan adanya berbekal ideologi jihad fi sabilillah, akhirnya pemberontakan kaum petani itu dapat dipatahkan oleh tentara kolonial Belanda atas bantuan para pegawai pribumi yang memihak kepada kolonial. Walaupun sangat singkat (9-30 Juli 1888), tetapi pemberontakan ini melahirkan semangat baru ke beberapa wilayah lain.


Bagian 9
BATARA GOWA

A. PENDAHULUAN

Mesianisme merupakan suatu kekuatan sosial yang mendorong ke arah tindakan-tindakan untuk mengubah situasi. Situasi itu hendak diubah karena dipandang sebagai situasi krisis, penuh dengan penderitaan, kesengsaraan dan kezaliman. Kesadaran akal hal ini menimbulkan adanya harapan akan perubahan yang mendatangkan kemakmuran. Harapan itu sering kali membangkitkan sentimen revolusioner dalam bentuk gerakan sosial sebagai proses sosial. Sedangkan yang diharapkan dapat memberi pertolongan ialah seorang mesias.

Di tanah makassar sendiri dalam situasi seperti itu tampilah seorang yang mengaku Batar Gowa selaku pelopor mesianisme yang berhasil mendapatkan pendukung dan pengikut yang banyak dengan janji-janjinya yang memikat hati dalam bentuk gerakan sosial yang merupakan suatu ledakan keresahan sosial yang ada dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya perubahan sosial sebagai konsekuensi pengaruh barat yang semakin memperkuat posisinya di Makassar.

B. Sekilas Pandang Tentang Mesianisme.

Mesianisme adalah suatu paham menantikan datangnya seorang “messiah” yang bakal menyelamatkan umat manusia dan mewujudkan keadilan bagi penduduk bumi. Perkataan mesianisme berasal dari bahasa Ibrani “messiah” merupakan padanan perkataan Arab al-Masih.

Mesianisme dalam dunia Islam dikenal dengan Al-Mahdi dipulau Jawa biasa dikenal dengan Ratu Adil. Adapun di Sulawesi Selatan khususnya Makassar dikenal dengan Batara Gowa.

C. Asal Usul Munculnya Gerakan Batara Gowa

Batara Gowa adalah nama bagi seorang raja yang diasingkan oleh Belanda ke Sailan lalu seorang Tokoh Mesianis mengaku bahwa dialah Batara Gowa tersebut. Adapun raja yang dimaksud adalah “Amas Madina” yang telah dipilih menjadi raja dalam usia enam tahun pada tanggal 21 Desember 1753 untuk menggantikan ayahnya yang wafat pada tahun itu. Oleh karena baginda masih sangat muda maka digantikanlah oleh neneknya dalam menjalankan kekuasaanya dan pemerintahan Gowa.Gerakan Batara Gowa adalah gerakan sosial yang muncul sebagai ledakan keresahan sosial yang ada dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya perubahan sosial karena adanya pengaruh Barat yang semakin memperkuat posisinya di Makassar.

Gerakan Batara Gowa merupakan suatu manifestasi pergolakan sosial yang muncul sebagai luapan dinamika interen dari masyarakat terhadap perkembangan politik selama periode pemerintahan Belanda.

Bagian 10
ISLAM DAN PARADIGMA ORDE BARU 


A. PENDAHULUAN

Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat bangsa Indonesia secara signifikan telah meneteskan nilail yang kemudian membentuk kareakter dan corak berfikir atas bagaimana fenomena sosial, politik, ekonomi, pendidikan, hukum dan sebagainya. Secara umum stratifikasi sosial masyarakat Islam Indonesia berdasarkan kualitas keislamannya dapat dikelompokkan dalam empat kelompok, yaitu :
  1. Kelompok muslim yang meyakini ajaran Islam secara kaffah (Islam sebagai ajaran yang menyangkut nilai ritual, etika dan sosial).
  2. Kelompok muslim yang mengenal Islam hanya isi ritualnya saja.
  3. Kelompok muslim yang mengenal hanya sebagai warisan orang tua dan merupakan simbol spiritual semata.
  4. Kelompok muslim feomalistik; menjadikan Islam sebagai status sosial.
Konsekuensi dari stratifikasi sosial ini adalah beragamnya sikap politik umat Islam menghadapi kebijakan negara. Komunitas politik Islam dan negara lebih banyak diperankan oleh kelompok pertama.

Sejarah politik Islam di Indonesia pada masa orde baru dapat dibagi pada dua corak utama dengan fasenya masing-masing, yakni :

1. Fase 1965 – 1978, untuk mencapai tujuannya, para aktivis Islam politik terutama bergantung pada :
  • Politik non integrative (partisipan)
  • Parlemen sebagai satu-satunya arena perjuangan.
Implikasi dari corak politik ini adalah : penegasan tujuan-tujuan ekslusif yang mencakup :
  • Penegasan Islam sebagai dasar dan ideologi negara.
  • Mendesak dilegalisasikannya piagam jakarta.
2. Fase 1973 – akhir tahun 90-an; fase ini Islam lebih bersifat kultur namun tidak menghilangkan watak politisnya. Pergeseran hanya mencakup format dan rumusan tentang :
  1. Landasan teologis dan filosofis politik Islam
  2. Tujuan-tujuan politik Islam
  3. Pendekatan politik Islam, dari formalisme-legalisme kepada substasialisme-inklusinisme.
Konsekuensinya adalah gencarnya ajnuran pembaharuan teologis melalui tema desakralisasi, reaktualisasi dan pribumisasi.

B. Depolisitas Idealisme dan Politik Islam

Secara garis besar, bahwa pasca pemilu 1971, tingkat “penjinakan” (depolitisasi) peran sospol umat islam semakin gencar bukan saja pada aspek kooptasi (asas tunggal) tahun 1986, sehingga hampir secara keseluruhan umat Islam terpinggirkan dalam sistem politik dan ekonomi bangsa indonesia ini. Krisis komunikasi politik (disharmoni) antara Islam dan Negara ini kemudian mendorong reorientasi landasan teologis-filosofis Islam, tujuan politik islam dan corak politik islam yang cenderung logalisme-formalisme pada substansialisme dan inklusivisme, dengan menampilkan corak islam kultural yang dipelopori oleh intelektual-intelektual muda islam. Dan peralihan ini kemudian mengawali fase baru hubungan islam dan negara.

C. Intelektualisme Islam Baru dan Akomodasi Negara

Salah satu unsur penting dari intelektualitas adalah medan pergumulannya, yakni medan simbolik. Hal ini menyangkut interpretasi, konstruksi atau dekonstruksi atas realitas atau teks, termasuk di dalamnya realitas atau teks keagamaan.

Dalam diskursus pembangunan indonesia orde baru, Islam terlah dikonstruksi ke dalam beberapa bentuk keislaman yang dilatari oleh keragaman pranata dan realitas sosial penganutnya. Konstruksi keislaman Indonesia orde baru secara umum meliputi : neo modernis, konstruksi neo revivalis dan konstruksi neo formasi.

Sikap akomodatif negara terhadap islam mencakup diterapkannya kebijakn-kebijakan yang sejalan dengan kepentingan sosial ekonomi dan politik umat Islam. Jika dikategorikan secara luas bukti-bukti tersebut digolongkan kedalam empat jenis berbeda :
  1. Akomodasi struktural
  2. Akomodasi legislatif
  3. Akomodasi infra struktur
  4. Akomodasi kultural
Akomodasi negara terhadap Islam pada sisi yang lain melahirkan suatu keadaan dimana Islam politik secara bertahap mempunyai daya fress yang semakin kuat sehingga terjadi proses saling melengkapi secara harmonis antara Islam dan negara. Kondisi kemudian mengkristalkan dan kesadaran transformatif yang mendorong lahirnya reformasi kemudian.


Bagian 11
ISLAM SEBAGAI AGAMA NEGARA
DI MALAYSIA

Secara singkat dari Islam sebagai agama negara di Malaysia dapat dilihat dari beberapa uaraian sebagai berikut :
  1. Islam di Malaysia pra kolonial adalah Islam yang dikembangkan oleh para kaum sufi yang mengandung unsur-unsur metafisika ilmu tasawuf, yang kemudian berkembang pula ajaran ortodoks (Wahabiah dan gerakan Modernis).
  2. Kebangkitan Islam pasca kolonial mengacu pada kegiatan politik atas nama Islam, untuk membangkitkan kembali semangat kaum muslimin, agar memperoleh kehormatan dan prestasi kejayaan Islam.
  3. Negara Malaysia dengan berlandaskan konstitusi Islam, memberikan ciri-ciri eksternal sebagai negara melayu, dengan berlatar belakang Melayu sebagai penggerak kebangkitan Islam di Asia Tenggara.
Malaysia dengan konstitusi Islam, memberikan kelonggaran terhadap perkembangan agama yang ada diwilayah tanpa disertai tindakan diskriminasi terhadap golongan non-muslim, sebagaimana yang dicantumkan dalam konstitusinya.


Bagian 12
LIBERALISME ISLAM DI INDONESIA
(STUDI KASUS PEMIKIRAN JIL)

Jaringan Islam Liberal dengan pemikiran-pemikirannya, yang mencoba menyatukan komunitas Islam dalam bingkai modernitas, maka umat islam seharusnya semakin sadar dan maju pesat perkembangan pemikiran keagamaanya dari berbagai lini kehidupan.

Salah satu pemikiran JIL, yang perlu diapresiasi adalah konsep tentang pluralisme, modernisasi, demokrasi dan sejenisnya, yang sampai saat ini bagi sebagian umat Islam masih dianggap sebagai bukan jaran orisinil Islam. Bagi JIL konsep tersebut memiliki pijakan teologis yang kuat dalam al-Qur’an bahkan sunnah rasul dan generasi-generasi awal Islam. Bila tidak, maka fenomena yang akan berkembang merebaknya kekerasan yang dalam kasus-kasus tertentu sarat dengan muatan agama atau minimal dilakukan oleh umat beragama, terutama umat Islam.

Maraknya tindakan kekerasan ini, selain muncul akibat ketidak mampuan manusia dalam menyikapi modernitas yang sangat kompleks, juga berpeluang pada pola keberagamaan mereka yang mengedepankan ekslusivisme dan klaim kebenaran sepihak, serta tidak bisa membedakan Islam normatif dengan Islam sejarah. Dalam suasana ini, umat Islam melakukan mistifikasi Jihad dan simbol agama yang lain, mereduksi sekedar memperkental identitas diri dan menjadikannya sebagai media untuk menyerang kelompok dan umat Islam yang berbeda.

Dengan konteks itu JIL, mencoba membangun dan mengembangkan suasana beragama yang transformatif dan inklusif, menampakan signifikansinya untuk selalu “dilirik” oleh komunitas umat. Melalui pemahaman keagamaan yang holistik dan pola keagamaan yang inklusif, umat islam diharapkan dapat menyelesaikan krisis kemanusiaan, serta menjadikan modernitas sebagai proses yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas manusia, serta mengembalikan harkat dan martabatnya sebagai hamba Tuhan.